Langit biru yang jernih dan cerah, seperti langit yang pernah dilihatnya ketika ia masih kecil. Langit yang membuatnya merasa damai dan tenang. Langit yang membuatnya ingat pada masa lalu dan masa depan.
Rizki berdiri di tepi sungai, menatap langit yang biru. Ia berpikir tentang masa lalu, tentang cinta yang pernah ia rasakan. Ia berpikir tentang cinta yang pernah ia rasakan dengan seorang perempuan yang bernama Luna.
Rizki dan Luna pertama kali bertemu di sebuah kafe di tengah kota. Rizki yang waktu itu masih duduk di bangku SMA, sedang menikmati kopi dengan teman-temannya. Luna yang waktu itu masih duduk di bangku kuliah, sedang menikmati kopi dengan teman-temannya. Mereka bertemu di sebuah meja yang berdekatan, dan Rizki langsung terpukau oleh kecantikan Luna.
Rizki dan Luna mulai berbicara
Rizki : "hai boleh kenalan?"
Luna : "boleh"
Rizki : "kalau boleh tau namanya siapa?"
Luna : " Luna"
mereka pun saling berbincang lama sampai Rizki langsung merasa bahwa Luna adalah orang yang paling sesuai baginya. Mereka berbicara tentang hal-hal yang berbeda, tapi Rizki merasa bahwa mereka memiliki banyak kesamaan. Mereka berbicara tentang cinta, tentang kehidupan, tentang masa depan.
Rizki dan Luna mulai berpacaran, dan Rizki merasa bahwa ia telah menemukan cinta sejati. Mereka berpacaran selama beberapa tahun, dan Rizki merasa bahwa ia telah menemukan pasangannya.
Tapi, masa depan tidak selalu cerah. Rizki dan Luna menghadapi berbagai masalah, seperti perbedaan pendapat dan perbedaan tujuan. Mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, tapi tidak berhasil.