Kesehatan mental atau bahasa kerennya mental health belakangan makin digaungkan, seiring dengan pandemi yang berlangsung selama 2 tahun belakangan. Banyak orang stres, depresi dan merasakan kecemasan yang mendalam. Jika orang tua mengalami kesehatan mental mungkin bisa dimaklumi seiring banyak masalah hidup yang dihadapi. Tapi yang memprihatinkan kini adalah kesehatan mental yang dialami anak remaja. Kenapakah? Apakah mereka kesepian? Tidak ada komunikasi dengan keluarga atau orang tua? Apakah orang tua sering mengabaikan anak lantaran keasikan memilih 'eksis' di media sosial?
Awalnya saya berfikir ini hal yang lumrah dialami anak remaja yang baru puber. Â Masa pencarian jati diri, masa ingin diakui, ingin diperhatikan dan ingin bersuara. Jiwa mereka sedang berontak, mereka selalu bersebrangan dengan kedua orang tuanya, selalu melawan, dan yang pasti karena pengaruh lingkungan. Ingin ikut-ikutan seperti temannya, atau diledek sedikit sudah merasa dibully, atau merasa ingin suaranya didengar.
Saya memiliki 3 anak lelaki, dan 2 anak saya sudah puber. Saya suka memperhatikan dan mengamati proses mereka di fase remaja, lalu saya berkaca kepada diri sendiri di saat usia saya sebaya mereka. Dan memang, fase di usia puber sekitar 13-14 tahun mereka selalu memasang wajah kesal, marah, dan masam. Kalau diajak ngobrol, suaranya nge-gas. Kalau ditanya jawabannya nyolot, padahal suara kita udah pelan. Pokoknya susah sekali diajak ngomong dari hati ke hati. Dia merasa temannya lebih mengerti dirinya dibandingkan orang tuanya.
 "Masa yang paling berat pada orang tua itu adalah ketika anak-anak sedang puber. Itu susah banget dilewati, kalau salah sedikit bisa kacau. Tapi setelah melewati fase itu Alhamdulillah," kata seorang teman yang menganalisa masa-masa puber anak remajanya.
Jadi menurut saya mental health yang dialami anak-anak sekarang itu hanya proses saat mereka puber. Mereka tak mengerti apa yang terjadi pada diri mereka sendiri. Kenapa tiba-tiba merasa marah, kenapa tiba-tiba bisa langsung sedih dan menangis? Â Setiap anak berbeda dalam menanganinya, ada yang memiliki mental kuat sehingga tidak terlalu dihiraukan jika sedang ada masalah. Atau ada yang terlalu perasa dan sensitif.
Dan hal ini ternyata juga diamini oleh psikolog Irma Gustiana Andriani (Founder Ruang Tumbuh) dalam acara parenting talkshow bertajuk "Darurat Kesehatan Mental Remaja, Mengapa Kian Rentan?" pada Kamis, 29 September 2022  di  Hotel Sofyan Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Irma penyebab anak mengalami mental breakdown adalah:
1. Faktor Biologis. Genetik dari ayah, ibu atau nenek atau yang satu garis keturunan yang dulunya pernah mengalami depresi, bipolar atau OCD atau masalah kesehatan mental lainnya.
2. Lingkungan sosial. Bagaimana pola pengasuhannya dan seperti apa komunikasinya dengan orang tua.
3. Psikologis seseorang tiap orang berbeda. Daya tahan dan pengelolaan diri tiap anak berbeda, dan anak-anak harus belajar bagaimana strategi dalam mengelola stres.
Menurut data WHO tahun 2019 mengungkapkan bahwa teknologi dan media sosial berkontribusi besar untuk anak dan remaja yang mampu mempengaruhi kesehatan mental. Usia perdana seorang anak mengalami kesehatan mental  adalah  di usia 14 tahun. Menurut Irma itu usia yang perlu diwaspadai.