Apa cara terbaik menghargai diri sendiri? Dengan traveling salah satunya. Traveling tak hanya memberikan rasa riang, tapi juga rileks.
 Yups!
Sejak resign dari ngantor, sesekali saya selalu berusaha untuk traveling di sela-sela kesibukan domestik menjadi seorang ibu rumah tangga yang juga kadang menulis di blog. Biasanya, dulu jika ditugaskan kantor, saya selalu diservis jika bepergian, mulai dari pemesanan tiket pesawat, penginapan, transportasi, pokoknya hanya duduk cantik saja, nggak ribet sama urusan itu. Tapi kini harus melakukan semuanya sendiri.Â
Saya yang tadinya nggak ngerti cara check in, jadi malah ngajarin orang lain. Saya yang nggak pernah menginap di homestay, mau gak mau jadi menginap di sana dengan fasilitas seadanya. Saya jadi 'berteman' dengan yang namanya traveling backpacking atau solo traveling, rasanya? feels so gooodddddd...
Untuk traveling backpacking ini saya merasakan kepuasan tersendiri. Saya bisa eksplor tempat yang unik dan menarik. Saya juga mulai mencoba transportasi kereta api untuk bepergian jarak jauh, saya juga jadi naik kendaraan umum lokal di tempat wisata tujuan, meski ujung-ujungnya naik taksi online sih, Lol.
Beberapa pekan lalu secara tak sengaja saya menonton sebuah video soal Pasar Papringan, Temanggung di Facebook, saya langsung jatuh cinta banget. Saya suka pasar tradisional, saya suka hal-hal yang alami, suka yang berbau vintage, oldskool dan jadul. Jika sedang bepergian, saya selalu berusaha mencari pasar tradisional lokal. Pasti akan ditemukan hal-hal unik, khas tempat tersebut.
Pasar Papringan yang saya lihat tempatnya unik, masih sangat alami dan menyediakan kuliner kampung zaman baheula. Jadul banget pokoknya.
Ternyata Pasar Papringan dibuka hanya setiap Hari Minggu Wage dan Pon, menurut tanggalan Jawa. Alhasil, agar bisa datang sesuai waktunya, saya kontak penyelenggaranya sekaligus minta rekomendasi penginapan sekalian minta petunjuk ke jalan yang benar agar sampai ke Pasar Papringan. Maklum, ini pertama kalinya ke Temanggung.
Masalah penginapan selesai, saya dan seorang teman, Ari mulai mencari tiket kereta api. Nah, di sini tanpa adanya komitmen saklek, kita sama-sama pengertian aja tugasnya masing-masing. Ari yang mengurusi pemesanan tiket kereta api lewat PegiPegi ke arah Yogyakarta, lalu pemesanan bus ke Temanggung hingga sampai tujuan. Sedangkan saya bagian yang mengontak pihak Spedagi-manajemen Pasar Papringan- serta penginapan.Saya penasaran lantaran tempat ini merupakan salah satu tempat wisata Indonesia yang belum banyak diketahui orang banyak, dan itu bikin saya excited banget. Kita bakal kembali ke masa tempo doloe! Yeay!
The Journey Has Just Begun
Kereta Api malam dari Stasiun Senen membawa saya dan Ari menuju Yogyakarta dengan nyaman. Perjalanan ditempuh selama 8 jam. Sesampai di Stasiun Tugu Yogyakarta itu sekitar pukul 04.00 subuh, sedangkan bus menuju Temanggung sudah terjadwal pukul 08.00 pagi. Lalu apa yang kita lakukan? Setelah sholat subuh, menggunakan becak kita minta diantar ke Malioboro. Ini sebenarnya salah satu bagian yang lucu. Saya lupa kalau Pasar Bringharjo itu adalah pasar batik. Yang ada di dalam pikiran saya adalah semua pasar itu mirip dengan pasar-pasar di Jakarta yang sejak pukul 03.00 dinihari saja sudah 'hidup'.
Alhasil saya dan Ari melongo melihat Maliboro dan Pasar Bringharjo sangat sepi. . "Namanya juga pasar batik mbak, pastinya belum buka," kata si tukang becak dengan polos.
Tadinya niat saya akan merekam momen keriuhan di pagi hari pasar Bringharjo itu dengan kamera video, tapi ternyata tidak sesuai bayangan, ya sudah kita pun menungu duduk di kursi yang tersebar di sepanjang jalan Maliboro. "Pasar akan bunga jam 10 mbak," kata seorang tukang becak lain di Malioboro.
Duduk menunggu menikmati pagi, saya jadi tahu ada masjid baru di Malioboro. Namanya masjid Siti Djirzanah. Jujur ketika membaca nama masjid itu otak saya berputar, apakah ada istri, anak atau sahabat Nabi Muhammad atau sejarah di kalangan umat Islam wanita bernama Siti Djirzanah. Letih saya berfikir, tahu-tahu saya baca kalau itu nama seorang ibu dari tiga anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya lalu dibuatkan masjid. Semoga pahala dan amal kebaikan dari masjid tersebut selalu mengalir ke ibu Siti Djirzanah, Aamiin.