Mohon tunggu...
ali achmadi
ali achmadi Mohon Tunggu... Guru - praktisi pendidikan, humas yayasan Ar Raudlaoh Pakis - Pati

hobi membaca dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Januari yang Biru

1 Januari 2025   21:15 Diperbarui: 3 Januari 2025   16:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dok Pribadi

Langit Januari selalu punya caranya sendiri untuk memanggil memori-memori lama. Seperti lukisan kelabu, warnanya melukiskan rindu yang tak pernah selesai. Hujan tipis-tipis turun, membasahi jalan setapak yang dulu sering kita lewati bersama. Waktu seolah berhenti di titik itu, di mana tawa kita pernah menggema di antara gemericik air dan aroma tanah yang basah. 

Januari selalu datang seperti tamu lama yang tak pernah benar-benar kuundang. Ia mengetuk pintu hati dengan bayang-bayang yang tak bisa kulupakan. Langitnya kelabu, dinginnya menggigit, seperti luka yang belum sembuh sepenuhnya.

Aku masih bisa merasakan jejakmu di sudut-sudut hari itu. Langkahmu di tanah yang basah, suaramu yang lirih melawan suara hujan. Ada senyum yang pernah kau tinggalkan, tapi kini hanya bayangan itu yang tersisa---kabur, buram, hampir hilang.

Setiap kali aku menutup mata, aku melihatmu di sana, di tempat yang tak bisa kuraih lagi. Wajahmu samar, seperti tergambar di kaca jendela yang berembun. Januari, dengan segala birunya, membawa kembali rasa kehilangan yang selalu kuperjuangkan untuk kututup rapi. Tapi ia tak pernah bisa benar-benar kusimpan, selalu saja menemukan celah untuk keluar.

Lagu itu kembali mengalun di radio tua di sudut kamar. Mengisi ruang kosong yang sudah lama tak kau singgahi. Setiap liriknya adalah jarum halus yang menjahit ulang kenangan kita, namun juga meninggalkan rasa perih di hati. 

Hujan terus turun, menyapu daun-daun di jalan, seperti waktu yang menyapu jejak kita. Kau pernah berkata bahwa hujan adalah caramu berbisik pada dunia. Kini, aku mendengar bisikan itu, tapi tak pernah tahu apa yang ingin kau sampaikan.

Januari yang biru ini adalah milikmu. Bulan di mana kau pergi, meninggalkan aku dengan ruang kosong yang tak bisa diisi siapa pun. Dan birunya langit, birunya hujan, birunya rindu---semuanya adalah milikku, sebuah hadiah pahit dari kenanganmu yang tak akan pernah usang.

Pakis, awal Januari '25

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun