Penganan tradisional yang berasal dari Jeneponto ini terbuat dari adonan tepung beras ketan hitam atau putih dibentuk sedemikian rupa agak menyerupai donat kemudian digoreng hingga matang kemudian Disajikan dengan irisan gula merah.
Cara memakan kue ini dengan memotong sebagian kecil kemudian irisan gula dilengketkan ke bagian dalam kue lalu dimakan.
Rasanya enak dan gurih khas beras ketan. Kue ini biasanya disajikan saat ada acara yang tidak resmi. Misalnya saat gotongroyong bangun rumah, mengumpulkan kayu bakar untuk persiapan pesta pernikahan.
Kue ini selalu ada di antara teh panas dan kopi panas.
Berbeda dengan penganan tradisional lain seperti Roko- roko Cangkuning, Barongko, roko roko unti, Pawa yang kelasnya lebih diatas dibanding Cabelong.
Kue-kue tradisional diatas lebih sering disajikan saat acara resmi seperti acara pernikahan, acara sunatan, aqikah dan acara tradisional lain.
Dahulu kala Cabelong ini hanya disajikan bagi golongan pekerja, sedangkan untuk kalangan bangsawan kue yang disajikan adalah kue yang dibungkus biasanya dari daun pisang.
Kue-kue tradisional yang menggunakan beras ketan sebagai bahan dasar antara lain: Cabelong, Kopi' langi', umba umba, Roko roko Cangkuning. Selain beras ketan, bahan makanan yang sering dipakai adalah gula dan kelapa.
Gula dan kelapa adalah dua bahan yang kadang tidak bisa dipisahkan dimana ada gula disitu ada kelapa. Makanya ada pepatah makassar "rampea golla naku rampeko kaluku" artinya kurang lebih: tutur kata yang baik akan berbuah lebih baik.
Pendapat pribadi saya, dari sinilah kenapa Cabelong hanya disajikan kepada kalangan menengah kebawah saja karena tidak ada kelapa yang melengkapi gula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H