Mohon tunggu...
Ali A.B.
Ali A.B. Mohon Tunggu... Insinyur - Pagarumbang (Mantra Penyemangat)

Lahir di Makassar, S1 Marine Engineering UNHAS, Mahasiswa Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cabelong Makanan Khas Jeneponto Turatea

30 November 2021   16:22 Diperbarui: 30 November 2021   16:45 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penganan tradisional yang berasal dari Jeneponto ini terbuat dari adonan tepung beras ketan hitam atau putih dibentuk sedemikian rupa agak menyerupai donat kemudian digoreng hingga matang kemudian Disajikan dengan irisan gula merah.

Cara memakan kue ini dengan memotong sebagian kecil kemudian irisan gula dilengketkan ke bagian dalam kue lalu dimakan.

Rasanya enak dan gurih khas beras ketan. Kue ini biasanya disajikan saat ada acara yang tidak resmi. Misalnya saat gotongroyong bangun rumah, mengumpulkan kayu bakar untuk persiapan pesta pernikahan.
Kue ini selalu ada di antara teh panas dan kopi panas.

Berbeda dengan penganan tradisional lain seperti Roko- roko Cangkuning, Barongko, roko roko unti, Pawa yang kelasnya lebih diatas dibanding Cabelong.

Kue-kue tradisional diatas lebih sering disajikan saat acara resmi seperti acara pernikahan, acara sunatan, aqikah dan acara tradisional lain.

Dahulu kala Cabelong ini hanya disajikan bagi golongan pekerja, sedangkan untuk kalangan bangsawan kue yang disajikan adalah kue yang dibungkus biasanya dari daun pisang.

Kue-kue tradisional yang menggunakan beras ketan sebagai bahan dasar antara lain: Cabelong, Kopi' langi', umba umba, Roko roko Cangkuning. Selain beras ketan, bahan makanan yang sering dipakai adalah gula dan kelapa.

Gula dan kelapa adalah dua bahan yang kadang tidak bisa dipisahkan dimana ada gula disitu ada kelapa. Makanya ada pepatah makassar "rampea golla naku rampeko kaluku" artinya kurang lebih: tutur kata yang baik akan berbuah lebih baik.

Pendapat pribadi saya, dari sinilah kenapa Cabelong hanya disajikan kepada kalangan menengah kebawah saja karena tidak ada kelapa yang melengkapi gula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun