[caption id="" align="aligncenter" width="470" caption="Tokoh utama INES adalah FX Arief Poyuono (sumber: blogspot.com)"][/caption]
Menjelang Pemilu 2014, sejumlah lembaga survei politik dengan nama baru bermunculan. Kesimpulan jajak pendapat yang dihasilkan tentu terkait popularitas dan elektabiltas partai dan calon presiden. Hasilnya relatif beragam dengan sejumlah lembaga survei yang sudah memiliki nama. Namun ada juga yang melansir hasil penelitian yang cukup sensasional karena menunjukkan perbedaan yang mencolok.
Oleh sebab itu, media massa harus kritis dalam memberitakan hasil survei lembaga – lembaga yang cenderung memilki motif untuk mengecoh persepsi publik dengan merekayasa hasil jajak pendapat. Ini penting karena lembaga survei kerap dijadikan acuan untuk melihat profil dan tingkat keterpilihan partai politik ataupun calon yang diusung.
Baru – baru ini, ada satu hasil survei yang sangat mencengangkan yang dirilis oleh Indonesia Network Election Survey (INES) pada 20 Februari lalu. Hasil penelitian tersebut menempatkan Probowo Subianto, Ketua Dewan Pembina partai Gerindra pada angka elektabilitas tertinggi yaitu mencapai 40,8 persen. Jauh mengungguli Jokowi yang menurut sebagian besar hasil survei berada diposisi teratas. Pada suvei INES, Jokowi hanya memperoleh angka 5,6 persen suara dari 7.937 sampel.
Dalam keterangannya, Direktur Eksekutif INES, Irwan Suhanto beralasan bahwa elektabilitas Probowo yang sangat tinggi itu dipengaruhi oleh karakter sosok Prabowo yang tegas, berwibawa tinggi, dan bersih dari korupsi. Hal ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan sosok pemimpin di masa depan. Sedangkan anjloknya elektabiltas Jokowi disebabkan oleh menurunnya kepercayaan publik karena kinerja Jokowi yang tidak sesuai harapan, seperti kegagalannya mengatasi banjir.
Ini bukan kali pertamanya INES melansir hasil survei yang melambungkan nama Prabowo dan Gerindra. Pada Agustus 2013, INES menyatakan bahwa Gerindra mencapai angka 24,56 persen. INES boleh saja bekerja sesuai pesanan untuk melambungkan nama Prabowo dan Gerindra tetapi dengan angka yang wajar – wajar saja. Karena dengan angka yang sedemikian tinggi drastis, membuat publik meragukan kredibilitas lembaga survei tersebut.
Berkaitan dengan itu, menarik untuk menelusuri latar belakang lembaga survei INES. Di situs resminya, INES dipimpin oleh FX Arief Poyuono, seorang aktivis serikat pekerja di BUMN. Didirikan tahun 2012 bersama beberapa rekan aktivisnya, Satya Wijayantara, Sigit Suprapto, dan Sri Widodo. INES mengaku juga melibatkan (alm) Mulayana W. Kusumah sebagai konsultan.
Namun ada yang sedikit ganjal, para surveyor INES adalah anggota serikat pekerja BUMN yang tidak dibayar dan tidak dilatih sebelum melakukan penelitian di lapangan karena dianggap sudah terbiasa melakukan survei kepuasan pelanggan. Dan satu lagi persoalannya, ternyata Arief bukan sekedar aktivis serikat pekerja.
Arief memiliki rekam jejak di sejumlah partai politik. Semula Arief bergabung di PDIP, kemudian pindah ke Demokrat dan akhirnya loncat ke partai Gerindra. Disini Arief mendapatkan posisi strategis yaitu sebagai Ketua Bidang Ketenagakerjaan DPP Partai Gerindra. Dirinya juga menjadi Caleg Gerindra no. 1 untuk DPR RI dapil Kalimantan Barat.
Dari gambaran di atas, bisa disimpulkan untuk siapa penelitian – penelitian INES tersebut dibuat. INES membuat hasil survei dengan tingkat kepercayaannya sama sekali meragukan. Penelitian INES ditujukan untuk merekayasa kemenangan Probowo yang dibuat oleh kader partainya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H