Mohon tunggu...
Ali Uunk
Ali Uunk Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saudis Gay “Luthiy”

25 Oktober 2014   04:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:49 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ya mungkin itulah ungkapan yang pas buat para pemuda Arab Saudi pada masa puber. Gay atau luthiy, kenapa dipanggil luthiy? Tahukah anda tentang kisah Nabi Luth AS? Pada zaman itu terdapat, eh sorry bukan terdapat, tapi sebagian kaum Nabi Luth AS yang mengingkari ajaran agama mereka, dengan mencintai sesama jenis alias homo alias KW. Sehingga orang Arab menyebut homo pada komunitas mereka dengan sebutan luthiy, karena perilakunya sama dengan sebagian kaum Nabi Luth AS.

Banyak faktor yang menjadikan pemuda Saudi berperilaku seperti itu, tapi penyakit itu akan hilang ketika sudah nikah.

Nikah, ini merupakan faktor utama, karena mahar yang terlalu mahal, untuk kalangan menengah kebawah sekitar 100-200 juta itu kalu dirupiahkan, sehingga banyak pemuda Saudi yang telat nikah, bahkan sampai umur 35 tahun belum nikah, alasannya sepele mafi fulus . untuk melampiaskan hasrat sesaatnya mereka mencari bencong-bencong dari kawasan Asia Timur  yang bekerja di wilayah mereka.

Wanita disini sangat dihargai, sehingga tidak ada yang berani mengganggu kaum perempuan. Hal ini yang menyebabkan disini gak ada prostitusi yang dilegalkan karena harga seorang wanita sangat mahal, yang mau mengelola prostitusinya juga mikir seribu kali untuk membuat prostitusi, disamping itu juga hukum syariat islam yang diperlakukan, rajam bagi pezina.

Tidak ada rotan akarpun jadi, mungkin ungkapan ini yang menjadikan mereka Gay. Dengan wajah orang Asia Timur including south east asian yang tanpa brewok , menjadikan mereka keliatan cantik dimata pemuda Saudi.Karena rata-rata bencong itu kebanyakan dari Philipin, yang rumpunnya masih sama dengan Bangsa Melayau, jadi wajahnya gak berbeda jauh.

Suatu hari ketika saya masih belum lama tinggal di Saudi,  saya akan pergi  ke bagalah, orang arab menyebut mini market dengan sebutan bagalah. Saya pergi sendirian dengan berjalan kaki, karena jaraknya yang gak begitu jauh dari tempat tinggal saya. Eh ditengah jalan saya dicegat 3 orang Saudi pake mobil, mereka berkata “kamustaka” . mereka kira saya orang Philipin. Terus mereka ngomong lagi, “you need moneey? I have 500 riyals”, mereka berbicara dengan bahasa inggris yang belepotan . terus saya saya jawab “get out now!”. Tapi mereka masih mencoba menggoda saya. Sayapun membaca Audzubillah……….. sampai selesai. mereka nanya “inta muslim? Inta mafi filibini?” terus saya jawab “ana muslim ana mafi filibini, ana indunusi” akhirnya mereka minta maaf . “sorry I thought you are Philipino”

Menurut saya pemerintah Saudi perlu menetapkan undang-undang untuk  menurunkan harga mahar yang harus ditanggung oleh calon pengantin pria, agar tidak ada lagi kaum homoseksual di negara mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun