"Trus aku piye mas???"
"Waduh, gimana ya.." dalam keadaan terpepet dan rasa kasihan terhadap nasib perempuan yang baru saja kukenal. Akhirnya aku mengajaknya ke hotel tempatku bekerja, semoga kawanku (seorang Saudi) yang pernah bilang bahwa orang tuanya membutuhkan seorang pembantu bisa memberikan jalan keluar.
Aku berjalan duluan sejauh lima meter di depan dan dia membuntutiku di belakang. Di Saudi seorang laki laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dilarang berjalan bersama. Aku tidak mau berurusan dengan polisi sini dan tersangkut masalah di negeri orang. Aku hanya ingin membantu semampuku, sebagai sesama pekerja migran di negeri orang yang keras ini.
Singkat kata orang tua temanku menyetujui untuk mengambilnya sebagai pembantu, sehabis maghrib dia di jemput ke tempat yang telah di tentukan.
Alhamdulillah ucapku, tidak terbayang jika seandainya seorang perempuan harus berkeliaran sendirian pada malam malam yang gelap seorang diri tanpa tujuan kemana dia harus pergi…
Dan sambil melangkah pulang aku menggumam lirih..
"Sri, kapan kowe bali…???"
*Tulisan ini aku dedikasikan untuk semua perempuan yang tetap tegar di tengah deritanya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H