Untuk sampai pada tujuan yg dijanjikan oleh "manusia purba" pendahulu kita tentang adanya atau syarat terciptanya NEGARA HUKUM yg berkeadilan dmn manusia di perlakukan setara (equal before the law) dalam sebuah situasi fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Pemerintah, kita butuh Peta (map).
Inilah persoalannya, ladzimnya sebuah keberadaa peta, sebuah peta yang baik dibuat dg keniscayaan bahwa "si pembuat peta" sudah pernah lebih dulu berada dan mengalami di alam faktual material-realitas - nyata tentang wilayah atau area yg akan digambarkan dalam peta petunjuk yang dibuatnya. Nyatanya peta yg di juluki sbg petunjuk untuk sampai pd wilayah "Negara Hukum", "negara yg melindungi kemanusiaan anti penindasan orang miskin" dan beberapa konsep -konsep yang menggagas ideal negara modern sekarang, dibuat tidak dengan pola "si pembuat peta telah pernah atau telah" sampai pd area itu. Mereka membuat peta dengan memicingkan mata masuk kealam nomena berdialog dengan tingkat tertinggi kesadaran yg di yakini sudah ada sebelum ada realitas sejati yang mereka hendak cari dan ketemukan atau secara partial menangkap kesalahan kesalahan partikular peristiwa gejolak sosial politik perode abad pertengahan di alam realitas sejati untuk di buat dalil-dalil sebagai alat ramalan-ramalan yang uji validitasnya di bebankan kepada generasi setelah mereka.
Mrk-pendahulu purba- spt Monsteqieu, J'Locke, JJ Rosseau,Immanuel Kant, sang pembuat peta Negara modern awal ttg area Demokrasi, Negara hukum (recht staat, rule of law) dn bbrp penggiat model yg sama terutama manusia2 yg ada di Amerika dan eropa barat periode abad Renaissance, pun tidak pernah dan atau telah sampai ke wilayah yang di gambarkannya kedalam peta, lalu bgmn mungkin mrk mampu membuat Peta petunjuk ? tidakkah jelas dan terang benderang bahwa Peta dibuat mendahului wilayah, ini sama denganpeta dibuat dengan hasil khayali tingkat tinngi dan mengagumkan karena memang struktur khayalnya dibangun berdasarkan logika yang memang baik, tapi ini sekali lagi "peta khayali".
Ayo orang muda, bangunlah peta kita, berhenti meyakini pendahulu purba yang membuat peta petunjuk yg area wilayahnya pun mereka tidak tahu dimana.
Mengutip Paramanides (ancient greek) dan J'Paul Sartere (postmodern french) : dari sesuatu yang tidak ada, tidak akan menjadi ada...(Ali butho, catatan filosofis Negara Modern, feb 2011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H