Menatap indahnya senyuman di wajahmu selalu menjadi harap terbesar di setiap hariku. Senyummu adalah embun pagi bagi rerumputan hijau di ladang sawah petani. Senyummu adalah bulan purnama bagi pecandu heningnya malam. Merekahlah, di pagi hari bersama hangat mentari menemani langkah kakiku, dan menetaplah di malamku bersama semburat cahaya rembulan mengintip lewat jendela dan menemani gelap hidupku.
Kau selama ini cahaya yang menemani pagi-malamku. Kau ada, tapi kadang mendung menutupi indah senyummu. Kau belum nyata adanya, tapi aku merasakan keberadaanmu. Kau merupakan halusinasi indah saat aku menatap mentari dan rembulan. Kau merupakan keindahan bumi yang Tuhan ciptakan untukku. Lalu, kapan kau akan menjelma bidadari yang temani hidupku, menjadi nyata dan ada di sisiku setiap waktu untuk sempurnakan separuh hidupku dan menjadi pelantara penghantar ke surga abadi-Nya?
Akankah harap itu menyapaku dan menetap menjadi takdir bagiku, atau kau memang hanya keindahan yang kadang diusik mendung dan digantikan halilintar malam, dan kau yang tak pernah mau menjadi payung peneduh ketika hujan turun, dan menjadi selimut ketika halilintar menggelegar bersamaan dingin dan pekatnya malam?
Aku telah lama memelukmu dengan cinta terindah yang kumiliki, bahkan telah banyak kata yang aku pekikkan pada mentari dan bulan, bahwa aku mencintai senyummu dan mengharap hadirmu segera dibawa oleh waktu. Sesegera putaran matahari pada porosnya, agar tidak kiamat menghampiri hatiku.
Hadirmu, senyummu, keindahanmu ingin segera aku miliki secara nyata. Menemani di setiap langkah kaki dan dengkur tidurku. Menemani senyum mentari pagi, dan rembulan di pekat malam bersama senyummu di bahuku. Akan aku katakan pada mentari dan rembulah, bahkan pada seisi alam ini, bahwa senyummu jauh lebih indah. Dan senyum itu tercipta untukku dan telah aku miliki.
Dan senyum itu adalah 'kamu?' yang telah aku hadirkan dalam setiap doa-doaku, "Rabbi hab li min ladunka dzurriyatan thayyibah innaka sami'ud du'a... Rabbi, la tadzarni fardan wa anta khairul waritsin... Rabbi, lima anzalta ilaiya min khairin faqir... "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H