Ratap dera menyapa
Bergetar bagai puing-puing yang runtuh
Seakan menyayat kalbu
Terseret dalam halusinasi liarku
Sampai tak pernah kusadari
Entah sampai kapan nanti
Kuingin berkata apa?
Soal rasa, rasa yang mana ?
Semua terasa begitu hampa
Hilang sekejap begitu saja
Tanpa kusadari hanya sebidang 80X50
Kanvas kosong yang terbentang
Ku masih diruangan yang sama
Menatap sebidang 80X50
Kumasih duduk dikursi yang sama
Memakai kaos lusuh
Kumasih memakai topi usang yang sama
Yang mulai termakan usia
Kumasih mengunakan kuas yang sama
Penuh noda dusta yang tak kunjung usai
Rasa bosan penuh keputusasaan datang
Bagai sahabat yang lama menghilang
Patahkan saja kanvasnya !
Biyar ramai !!
Sial kataku !
Sesaat hening
Kulihat sebidang 80X50
Tinggal serpihan kecil yang mulai berserakan
Kupungut satu-persatu serpihan
Kanvas putih 80X50
Sesekali kulihat kembali
Sisa-sisa serpihan
Berharap agar dapat menemukan
Ohh sayang
Anjing !!!
Kenapa begitu sulit mendapatkan bayang
Tuhan...
Tersentak Alif, Lam, Mim
Apa itu Tuhan
Tak satu artipun kutemukan dikitab suciku
Apakah aku setolol itu
Apa yang salah Tuhan
Kuhannyalah seonggok daging yang mulai lalai
Lalai akan anugerah terindah yang telah kau beri
Lalai akan kesombongan
Lalai akan keserakahan
Lalai akan siapa yang menciptakan
Apakah aku harus berdengung
Bagai kumbang yang asyik bercumbu dengan malam
Tuhan...
Penuh rasa kesal
Diselimuti keputusasaan
Kutinggalkan sebidang 80X50
Yang terbentang berserakan
Kudus Graha Muria, 16 Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H