Mohon tunggu...
ali tantowi
ali tantowi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati dan Konsistensi

22 Juli 2009   23:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:55 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hati disebut juga dengan kalbu. dalam bahasa Arab qalbu berasal dari akar kata qalaba, artinya berbalik atau membalikan. karena sering berbolak balik arahnya maka disebutlah hati itu dengan kalbu. Rasulullah pernah mengatakan bahwa berbolak- baliknya hati itu lebih cepat dibandingkan dengan berbolak-baliknya daun yang ditiup angin. jadi begitulah hati, sukar ditebak dan akan tetap menjadi rahasia kita dengan Tuhan.

Dengan kondisi yang seperti itu, maka pandangan manusia akan cepat berubah pula. wajar bila ada orang yang mengatakan YES di waktu pagi, tapi di siang hari dia mengatakan NO. dengan demikian berubah itu sangat alamiah, dan manusia akan selalu melakukan perubahan dalam dirinya. Itulah kehidupan yang selalu menginginkan perubahan.

Disamping memberikan hati pada manusia, Tuhan juga menganugrahkan afidah, seperti diungkapkan dalam surat al-Mulk. dalam pandangan Ibnu Khaldun afidah didefinisikan dengan pikiran. fungsi pikiran adalah mengontrol kinerja hati dalam diri kita. dengan demikian perubahan- perubahan yang sering terjadi dalam hati dapat diantisipasi oleh fikiran. sehingga perubahan- perubahan dapat dipertimbangkan dengan matang dalam hal baik atau buruknya perubahan itu jika diimplementasikan.

Perpaduan hati dengan pikiran di atas kemudian disebut dengan akal. karena itulah manusia mendapatkan amanat dari Tuhan untuk dapat menjalankan perintahnya serta menjauhi larangannya. dengan akal ini pula manusia menjadi makhluk yang terhormat yang pernah diciptakan Tuhan.

Dengan analisis di atas, perubahan yang dihasilkan oleh dialog antar hati dan pikiran akan menimbulkan sikap konsisten. Perubahan yang juga mempunyai visi ke depan, bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek atau menghindari masalah yang sebenarnya bisa diatasi.

Bagaimana dengan plin-plan?. mungkin kata Plin- plan tepat untuk menjadi lawan dari konsisten. plin-plan biasanya dihasilkan oleh perubahan yang bukan didasarkan pertimbangan matang, tapi hanya berdasar pertimbangan emosional belaka. Jika seorang sering berfikir seperti ini , maka perjalanan hidupnya akan selalu dipenuhi dengan kebimbangan.

In the matter of fact, kita semua punya potensi menjadi seseorang yang pengecut atau plin plan. tapi jangan pernah itu kemudian menjadi sifat kita. kita boleh saja sekali- kali pernah malas, tapi jangan sampai punya sifat pemalas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun