Beberapa waktu lalu, sobat Irfan Amalee –Co Founder Peace Generation, ngobrol-ngobrol santai tentang pentingnya membaca cerita untuk anak. Betapa besarnya manfaat membacakan cerita untuk anak hingga terbetik pertanyaan, sebetulnya siapa di antara ayah dan bunda yang lebih efektif memberikan manfaat membacakan cerita untuk anak-anak?
Saya jadi teringat bapak yang sejak dirawat inap sebagai klien kangker paru-paru, ruang geraknya sangat terbatas, paling banter seputar rumah sakit. Saya yang kebetulan anak paling kecil di rumah dan belum sekolah, hampir setiap hari menemani beliau.
Saya biasanya diantar Ibu ke ruang inap bapak pagi-pagi sebelum Ibu menjaga toko kelontong di sebuah pasar di kota kecil yang berada di Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Sedianya saya tidak boleh masuk, tetapi karena kebetulan dokter yang merawat Bapak adalah sahabat Bapak, maka saya diperbolehkan masuk dengan catatan tidak boleh masuk ke ruang pasien lain.
Sebagai anak yang usianya belum genap 6 tahun, mustinya saya tidak betah berlama-lama menemani bapak, tetapi ini sebaliknya, saya sangat-sangat betah menemani Bapak. Alasan saya cuma satu, ingin mendengar cerita Bapak, baik yang dibacakan atau yang beliau dongengkan.
Saya tidak ingat, entah berapa judul buku dan judul dongeng yang beliau ceritakan. Mulai dari kisah nabi, kisah mukjizat nabi, cerita rakyat, dongeng-dongeng dunia hingga kisah kejujuran Imam Syafi’I saat meninggalkan ibunya untuk belajar di Madinah dengan berbekal uang yang disematkan di kantung bajunya. Kejujuran yang kemudian menyadarkan perampok yang merampok kafilah yang pergi bersama-sama Imam Syafi’i.
Bapak membacakan cerita dan mendongeng hingga saya bisa baca dan perlahan jarang mengunjungi Bapak karena harus sekolah. Iya, sejak sekolah saya paling mengunjungi Bapak 3 atau 4 kali dalam seminggu, itu pun hanya hari minggu saja bisa bersama beliau seharian.
Saya benar-benar tidak bisa lagi mendengar cerita beliau ketika kelas 3 SD karena beliau dipanggil yang Mahakuasa.
Kisah-kisah yang dibacakan dan didongengkan Bapak hingga saat ini seolah masih melekat di alam bawah sadar saya hingga sekarang saya banyak sekali menulis bacaan anak-anak.
Sebegitu kuatkan efek seorang ayah membacakan cerita kepada anak-anaknya dibandingkan dengan seorang Ibu? Jika kita lihat beberapa literasi dan apa yang diungkapkan Irfan Amalee, bisa jadi benar.
Irfan cerita, ibunya sering cerita, tetapi cerita ayahnya lebih berkesan. Sebelum tidur ayahnya menceritakan kisah sakadang (seekor, bhs Sunda) kuya dan sakadang monyet. Cerita itu diiulang-ulang entah berapa ribu malam, tetapi tetap saja membuat Irfan antusias menyimak. Apalagi pas Bagian sang monyet kepedesan makan cengek (cabe) yang dia curi di ladang Pak Tani.
Kemudian dalam sebuah tayangan televisi pernah ada liputan tentang Mahatir Muhammad, mantan PM Malaysia. Salah satu kebiasaan yang dikenang anaknya adalah kebiasaan Mahatir membacakan cerita sebelum tidur untuk anak-anaknya. Konon banyak pemimpin-pemimpin besar melakukan hal yang sama.