Siapa yang rindu lagu anak-anak? Rasanya sudah puluhan purnama lagu anak-anak tenggelam dan susah sekali dibangkitkan lagi. Terutama setelah era Eno Lerian, Trio Kwek-Kwek, Puput Melati, dan teman-teman seangkatannya tidak produktif lagi karena usia.
Dua hingga tiga tahun belakangan memang ada gerakan-gerakan untuk membangkitkan kembali lagu anak-anak Indonesia. Sebut saja misalnya gerakan yang dilakukan Erwin Gutawa dan putrinya yang juga penyanyi Gita Gutawa dengan menelurkan album Musik Anak Terbaik. Album diisi oleh penyanyi-penyanyi cilik yang tergabung dalam Di Atas Rata-rata.
Kemudian ada putri penyayi Nola AB3, Noura yang sukses menelurkan 3 album sejak tahun 2014. Sebut saja album Dongeng (2014), Langit yang Sama (2016), dan OST Naura dan Genk Juara (2017).
Sayangnya kesuksesan mereka tidak kemudian membuat tumbuhnya penyanyi-penyanyi cilik seperti sebelum-sebelumnya. Berangkat dari keprihatinan minimnya pennyanyi dan lagu anak-anak inilah, Cakra Dewa --seorang penulis lagu, menggagas proyek album Sejuta Pelangi Indonesia. Album yang diproduksi Studio 8 Bandung itu berisi tujuh tembang yang dibawakan lima solois dan dua grup.
Ide membuat album Sejuta Pelangi Indonesia bermula dari proyek album Duta Cinta karya Titiek Puspa. Bedanya, jika album Duta Cinta menghadirkan lagu-lagu bertema nasionalisme dan penyanyi yang terlibat berusia 12-16 tahun.
Pada album Sejuta Pelangi Cakra menghadirkan lagu anak-anak dengan tema beragam dan penyanyi yang terlibat berusia 5-13 tahun yang berasal dari beberapa daerah seperti Bandung, Jakarta, dan Cirebon.
Kebetulan launching album tersebut berbarengan dengan Grand Opening Wisata Selfie Rabbit Town.
"Ketika saya kecil dulu, pilihan lagu anaknya banyak. Sampai hari ini kita bahkan ingat dengan Trio Kwek-kwek, Enno Lerian, Joshua, dan lain-lain," lanjut Cakra, sebelum kemudian penyanyi-penyanyi cilik binaannya bernyanyi di atas panggung.
Proses Panjang
Proses pengerjaan album Sejuta Pelangi Indonesia memerlukan waktu yang cukup lama dan tidak mudah. Proses dilakukan bersama dengan manajemen GStar dan Icon Management.
Dimulai dengan pencarian penyanyi yang dilakukan Cakra melalui audisi secara privat, mencari di sanggar-sanggar, dan mendatangi sejumlah lomba menyanyi lagu anak-anak.
Dari pencarian tersebut kemudian menemukan lima penyanyi solo. Antara lain Sabilla, Gea, Jihan, Bilqis, Syakira, dan dua penyanyi grup; Superkids dan D'Quinny.
Sebelum melakukan launching di Bandung, para penyanyi cilik telah melakukan serangkaian roadshow dalam rangka tur promo. Kota Bandung menjadi kota kedua, setelah sebelumnya mereka roadshow di Jakarta. Setelah Bandung, Sejuta Pelangi Indonesia akan menyambangi Kota Solo.
Sementara ini, album tidak dijual. Album dibagikan gratis kepada siapa pun yang berminat, salah satunya kepada sejumlah sekolah dasar. Supaya lebih optimal, management tengah bermediasi dengan pemerintah, tepatnya dengan Kementerian Pendidikan dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) agar album ini bisa menyebar merata.
Cakra optimistis album ini akan diapresiasi dengan baik karena semua bermula dari niat baik dan berdasarkan kesenangan dia pada lagu anak-anak dari era 1990-an. Untuk itulah, Cakra juga mengoptimalkan media sosial untuk promosi album Sejuta Pelangi Indonesia.
Saat launching di Bandung, para penyanyi bergantian menghibur pengunjung Rabbit Town di amphiteatre kecil Rabbit Town. Diawali dengan penampilan trio Superkids; Sieni, Michael, dan Jessica yang menyanyikan lagu My Daddy My Hero. Kemudian dilanjutkan Jihan yang menggemaskan dengan lagu Ucu-ucu.
Sebagai penutup, kelompok vokal D'Quinny tampil dengan lagu Merinding Disko dengan energik. Kuartet Jeslyn, Raisa, Haura, dan Sefila menutup pertunjukan dengan bahagia, sebagaimana bahagianya anak-anak saat menyanyi.
@KreatorBuku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H