Mohon tunggu...
Ali Muakhir
Ali Muakhir Mohon Tunggu... Penulis - (Penulis Cerita Anak, Content Writer, dan Influencer)

Selama ini ngeblog di https://www.alimuakhir.com I Berkreasi di IG @alimuakhir I Berkarya di berbagai media dan penerbit I (cp: ali.muakhir@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Teknologi Cantik dan Bening Hasil Inovasi Litbang Kementrian PUPR

15 Mei 2015   09:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_417526" align="aligncenter" width="500" caption="Para Pembicara dalam Nangkring Kompasiana Bareng Kementrian PUPR (Foto: Alee)"][/caption]

MENJAWAB tantangan pemerintah dalam mengurai persoalan pemukiman penduduk, terutama persoalan yang telah menjadi isu nasional yaitu persoalan rumah kumuh di kawasan perkotaan, meningkatnya backlog perumahan (pesanan untuk barang atau jasa yang belum terlayani) khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, akses masyarakat terhadap air minum, sampah, dan sanitasi.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim) dan Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan berbagi inovasi.

Hasil inovasi tersebut kemudian di perkenalkan kepada masyarakat sejak tahun 2014 lalu dan menjadi bagian dari akselerasi Program Permukiman 100-0-100 yang diharapkan tercapai pada tahun 2019.

“Artinya di tahun 2019, permukiman harus memenuhi 100% akses terhadap air minum, 0% luasan kumuh dan bangunan layak huni, dan 100% terhadap akses sanitasi,” jelas Kepala Bidang Program dan Kerjasama Puslitbang Pemukiman Kementrian PUPR, Iwan Suprijanto, ST, MT dalam Nangkring Bareng Kementrian PUPRbeberapa waktu lalu.

Nangkring kompasianer yang merupakan bagian dari acara Kolokium Kementrian PUPR tersebut dilaksanakan pada Kamis, 7 Mei 2015 lalu di Graha Wiksa Praniti, Jl Turangga No 5-7, Bandung. Kolokium sendiri diadakan tanggal 4-8 Mei 2015.

Pada acara tersebut, selain nangkring kompasianer juga ada pameran hasil inovasi Kementrian PURP, jambore sanitasi (lomba teknologi sanitasi yang diikuti pelajar se-Jawa Barat), presentrasi program, edukasi lingkungan secara dini pada anak-anak usia dini, dan Training for Trainer yang diikuti dosen dari 24 propinsi di Indonesia.

[caption id="attachment_417529" align="aligncenter" width="500" caption="Salah Satu Hasil Inovasi Litbang Kementrian PUPR yang Dipamerkan (Foto: Alee)"]

1431654184790872131
1431654184790872131
[/caption]

“Mereka nanti akan menjadi trainer di daerahnya masing-masing, sehingga penerapan inovasi teknologi yang telah dikembangkan litbang kementrian PUPR bisa segera tersebar dan diwujudkan,” tegas Iwan.

Teknologi Cantik

Kebetulan nangkring dengan tema Penerapan Teknologi Hasil Litbang Bidang Permukiman (Dukungan Inovasi Teknologi dalam Mewujudkan Pemukiman Layak Huni dan Berkelanjutan Program Pemukinan 100-0-100) kali ini waktunya bergeser dari waktu yang telah ditentukan, sehingga begitu tiba di lokasi sempat mengelilingi gedung Graha Wiksa Praniti dan mengunjungi pameran.

Sebelum masuk ruang pameran sempat penasaran pada box berukuran kurang lebih setengah meter dengan tinggi 1 meter lebih terbuat dari stanless yang diletakan di depan gedung. Ada tulisan Water Tapp, air langsung minum hasil teknologi Reserve Osmosis Puskim. Tanpa ragu langsung membuka penutup kran, membuka kran, dan meminum airnya. Airnya jernih, tak ada kotoran, tak berwarna, dan tak berbau. Begitu air sampai tenggorokan rasanya seperti air dari mata air. Segarrr!

[caption id="attachment_417530" align="aligncenter" width="400" caption="Air Kran yang Disediakan Di Graha Wiksa Praniti, Jl Turangga No 5-7, Bandung (Foto: Alee)"]

1431654288755891661
1431654288755891661
[/caption]

Kepenasaran makin menjadi ketika masuk ruang pameran. Ada panggung kecil untuk acara. Ada hasil inovasi litbang bidang permukiman yang digelar dengan karpet warna merah, hijau, dan biru. Warna merah untuk menunjukan pemukiman, warna hijau untuk pengolahan limbah, dan warna biru untuk pengolahan air.

Banyak hasil inovasi litbang bidang permukiman yang dipamerkan di sana. Hasil inovasi yang direkayasa dan ditemukan oleh lokal genius, yang pastinya memihak pada masyarakat karena dibuat dengan teknologi yang murah dan tepat guna.

Kepenasaran saya kemudian mencapai puncaknya pada saat acara nangkring yang dipandu oleh Wardah Fajri atau biasa dipanggil Mbak Wawa dari kompasiana dengan sangat taktis, setelah MC cantik membuka acara dan menjelaskan secara singkat tema nangkring kali.

Pembicara pertama Iwan Suprijanto, ST, MT. menjelaskan latar belakang Kolokium Hasil Litbang Bidang Permukiman 2015, di mana Kementrian PUPR bersama tiga direktorat, yaitu Direktorat Jendral Cipta Karya, Direktorat Penyediaan Perumahan, dan Direktorat Pembiayaan Perumahan ditugaskan oleh pemerintah untuk menciptakan perumahan yang layak huni dan berkelanjutan dalam progam 100-0-100.

Upaya yang telah dilakukan untuk merealisasikan program tersebut, hingga tahun 2014 rata-rata baru tercapai sekitar 40%. “Air minum tercapai 68%, kawasan kumuh baru mengentaskan 12%, dan sanitasi baru tercapai 61%,” papar Iwan.

Pembicara kedua Ir. Budiono Sundaru, Perekayasa Madya Bidang Perumahan dan Lingkungan. Salah satu hasil rekayasa yang dikembangkan adalah Rumah Instan Sederhana Sehat yang disingkat RISHA. Menggunakan singkatan RISHA agar begitu mendengar masyarakat langsung tertarik. Setelah tertarik masyarakat penasaran dan ujung-ujungnya berminat menggunakan RISHA. Rumah ramah lingkungan, berkelanjutan dengan arsitektur tradisional dan modern yang serasi serta efesien energi.

RISHA mulai direkayasa sejak tahun 2002 karena berpijak pada keputusan menteri, Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002, tentang Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat. Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 20 Desember 2004, teknologi RISHA diluncurkan oleh kementrian PUPR.

[caption id="attachment_417531" align="aligncenter" width="500" caption="RISHA Didirikan di Samping Graha Wiksa Praniti Sebagai Klilin Konsultasi Perumahan (Foto: Alee) "]

1431654480833460896
1431654480833460896
[/caption]

“Kebetulan satu minggu setelah peluncuran terjadi gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara. Tanggal 5 atau 6 Januari 2015, Litbang bekerjasama dengan sekumpulan organisasi dunia kemudian sepakat menjadikan RISHA sebagai model penanganan bencana di sana,” cerita Budiono penuh emosional.

RISHA dipilih karena memang benar-benar instan dan mudah diterapkan. Istilah mudahnya pesan pagi sore jadi. RISHA juga memenuhi syarat-syarat perumahan layak huni yang memiliki nilai plus yang disingkat BMW.

“B-nya, Biaya yang terjangkau. M-nya, Mutunya terjamin, dan W-nya, Waktu pengerjaan yang singkat,” tandas Budiono menjelaskan.

RISHA menggunakan teknologi konstruksi sistem pracetak yang dapat dibongkar pasang atau knock-downdan sistem sambungan kering. Proses pembangunan dan pembongkarannya super cepat. Dengan teknologi tersebut, RISHA dapat dibangun dalam waktu 7 hari. Bahkah jika semua komponen untuk membangun tersedia, RISHA dengan tipe 36 bisa dibangun dalam waktu 24 jam. RISHA juga bisa dipindah-pindah seperti rumah siput.

[caption id="attachment_417534" align="aligncenter" width="500" caption="Balok-balok untuk Membuat RISHA (Foto: Alee)"]

14316546671132019786
14316546671132019786
[/caption]

Selain RISHA juga ada RIKA singkatan dari Rumah Instan Kayu. Kedua model bangunan rumah ini sama-sama menggunakan teknologi instan. Bedanya pada bahan pokok bangunan. RISHA berbasis beton bertulang sementara RIKA berbasis kayu olahan.

Kemudian ada teknologi C-Plus dan N-Panel. C-Plus adalah sistem struktur pracetak untuk bangunan bertingkat dengan kolom berbentuk Plus (+). Sambungan balok kolomnya menggunakan kombinasi sambungan mekanis berupa pelat baja dengan mur dan baut serta grouting dengan semen non-shinkage.

Sementara N-Panel adalah sistem struktur pracetak untuk bangunan bertingkat yang terdiri dari 4 panel dinding berbentuk N yang disambung dengan sistem kombinasi sambungan basah (wet joint) dan sambungan kering (dry joint). Lantainya terbuat dari panel semi pracetak.

[caption id="attachment_417535" align="aligncenter" width="500" caption="Inovasi Teknologi C-Panel yang Sedang Dipamerkan (Foto: Alee)"]

14316547641058942552
14316547641058942552
[/caption]

Selain di Aceh dan Sumatra Utara untuk menanggulangi bencana, RISHA telah digunakan oleh PT. Seka di Banda Aceh, Kampung Deret di Petogogan Jakarta, Rumah Susun Sederhana (Rusuna) di Cigugur-Cimahi Jawa Barat, dan Rusuna Cigugur Jawa Barat. Khusus untuk Rusuna Cigugur, konsep desain rumahnya berbasis rendah emisi.

Dari hasil penelitian dan penerapannya di beberapa tempat, RISHA dan RIKA memiliki daya tahan yang bisa diandalkan, jadi tidak perlu ragu untuk menggunakan kedua teknologi tersebut. Termasuk teknologi-teknologi lain yang terus dikembangkan Litbang Kementerian PUPR.

Apalagi jika pemerintah ikut mendukung, terutama dengan undang-undang prosedur perkreditan perumahan rakyat. RISHA dan RIKA mudah dipindah-pindah, oleh karena itu agak susah untuk dibeli secara kredit. Jika hal ini bisa diatasi, RISHA dan RIKA pasti terjangkau masyakat karena tipe 36 saja, harganya kurang lebih hanya Rp.50juta.

Teknologi Bening

Pembicara ketiga Sarbidi, ST, MT. Peneliti Bidang Air Minum & Penyehatan Lingkungan yang disingkat AMPLP tersebut melengkapi pemaparan dua pembicara sebelumnya. Dengan berseloroh, Sarbidi tidak mau kalah dengan pembicara sebelumnya.

RISHA secantik apa pun tidak akan sempurna kalau tidak bening, “Kurang lengkap karena rumah secantik apapun tidak akan lengkap tanpa sanitasi yang baik,” kata Sarbidi mengawali pembicaraan. Oleh karena itu dalam program 100-0-100, sanitasi juga harus 100% layak untuk manusia yang ada di lingkungan tersebut.

Sarbidi kemudian menunjuk tanah lapang di sebelah kanan belakang panggung acara. Di sana ada ruang terbuka hijau untuk menjaga sanitasi Graha Wiksa Praniti. Ada tiga buah subreservoar untuk memenuhi kebutuhan air dalam gedung tersebut. Metode yang digunakan adalah zero run off (menyerap air tanpa mengalirkan ke area lain).

[caption id="attachment_417537" align="aligncenter" width="500" caption="Inovasi Teknologi Subreservoar Diterapkan di Graha Wiksa Praniti (Foto: Alee0"]

1431654875655523791
1431654875655523791
[/caption]

Subreservoar sendiri adalah salah satu teknologi drainase permukiman ramah lingkungan yang berfungsi sebagai penampung air hujan untuk air baku dan resapan air. Membantu penyediaan pasokan air terutama pada musim kemarau. Mereduksi genangan air hujan (banjir) di permukiman hingga 48%. Mendukung pelestarian air tanah (konservasi air tanah) dan manajemen air hujan di lingkungan permukiman.

Awalnya, pada tahun 2011 litbang menghasilkan kriteria teknis desain subreservoir SR5-SR65 untuk menampung AH atap. AH yang keluar dari sistem outlet subres kemudian dipompa ke dalam tangki eksplorasi (pemanfaatan). Setelah semua siap, tahun 2012 teknologi tersebut diterapkan pada gedung tersebut. AH dari atap bangunan dapat tertahan hingga 100% dan mampu mereduksi genangan banjir atau konservasi air tanah.

Selain di Graha Wiksa Praniti, teknologi subreservor akan diterapkan pula pada gedung-gedung pemerintah lainnya, termasuk beberapa pengembang perumahan di beberapa daerah seperti tangerang.

Usai pemaparan Sarbidi mengajak seluruh peserta melihat subreserver Graha Wiksa Praniti. Semua antusias melihat dan bertanya-tanya. Setelah mendengar penjelasan Sarbidi, tiba-tiba ingat air kran yang disediakan di depan gedung yang rasanya segar. Ruang pamer yang tetap sejuk walau tanpa pendingin alias AC.

[caption id="attachment_417538" align="aligncenter" width="500" caption="Kompasianer Antusias Bertanya dan Melihat Sumur-Sumur Subreservoar (Foto: Alee)"]

1431655130983951886
1431655130983951886
[/caption]

Graha Wiksa Praniti sendiri sekarang ini dijadikan kantor penelitian dan pengembangan Kementerian PUPR yang sekaligus berfungsi seperti ruang konvensi, ruang pamer, dan ruang rapat. Pasti para pemakai ruangan di sini sehat-sehat karena lingkungannya ikut menjaga mereka. Satu lagi, mereka juga pasti bening sebening hasil inovasi litbang Kementrian PUPR.

Info Penting

Saat ini aplikator pembuat panel-panel RISHA baru ada empat aplikator, padahal untuk mendukung tercapainya program 100-0-100 dibutuhkan banyak aplikator. Untuk itu, dibuka kesempatan bagi siapa pun untuk menjadi aplikator. Syaratnya cukup mengajukan surat permohonan Kepada Kepala Puslitbang Permukiman Kementerian Pekerjaaan Umum. Setelah disetujui, akan dilatih selama 4 hari. Kabar baiknya, aplikator dibebaskan dari pembayaran royalti.

Informasi lebih lanjut segera hubungi nomor telepon 022-7798393 fax: 022 7798392 atau email: info@puskim.pu.go.id Bisa juga datang ke kantor Puslitbangkim Kemenpupera di Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung.

@KreatorBuku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun