Daerah buta (Blind Area) yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Pada daerah ini orang lain mengenal kita sementara kita tidak tahu kemampuan dan potensi kita. Â Bila hal tersebut yang terjadi maka berdiskusi, ngopi bareng, meminta pendapat dan komunikasi merupakan cara agar kita lebih kenal kemampuan kita. Misalnya dengan contoh kasus kita ditempatkan di posisi bidang tertentu dalam sebuah kepanitiaan oleh seorang pimpinan.
Kita tidak tahu alasan apa yang membuat kita harus berada di posisi bidang tersebut karena pimpinan menilai cocoknya berada di posisi tersebut. Oleh karena itu kita harus bertanya-tanya tentang hal apa yang bisa kita lakukan di bidang tersebut, meminta saran untuk melakukan tugas yang kita belum paham betul. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain kita bisa memahami akan kenapa diposisikan di bidang tersebut, dan hal apa yang bisa dilakukan di bidang tersebut. Setelah mengetahui potensi yang diketahui oleh orang lain yang  tentu  blind area akan berkurang. Hingga makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim dalam organisasi.
Daerah yang tidak disadari (Unknown area) adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Tentu hal ini yang akan menjadi kendala terbesar karena perlu waktu sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita, bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan.
Faktor yang mempengaruhinya bisa karena tingkat kemampuan dibawah rata-rata atau sedikit mendapat kesempatan, kepercayaan diri yang minim, kurangnya berlatih dan biasanya tergolong orang yang tertutup (introvert). Seorang kader memang harus dituntut untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan semua kader. Hal ini yang harus ditingkatkan sesama kader dengan sering berinteraksi satu sama lain dan saling bertukar pikiran agar saling memahami dan  tidak terjadi kesalahpahaman
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik (Feedback). Tahap pengungkapan diri, orang memperluas daerah tersembunyi sehingga potensi dan kemampuan  yang kita miliki disadari oleh orang lain. sedangkan untuk memperluas daerah buta dibutuhkan umpan balik dan masukan dari orang lain. Hingga akhirnya, akan mempunyai daerah publik  yang semakin luas dan memiliki keterbukaan diri.
Dengan keterbukaan diri, individu akan mendapatkan respon dari orang lain mengenai pemikiran, perasaan, atau mendapatkan bantuan dalam berbagai masalah kehidupan atau untuk tujuan pengendalian. Secara selektif menampilkan informasi mengenai diri sendiri untuk menciptakan sebuah kesan yang baik antar sesama kader. Serta  bisa bersama-sama menyelaraskan visi misi organisasi dengan meyakinkan satu sama lain dan memberikan ruang untuk sama-sama mencurahkan ide dan gagasan untuk mencapai tujuan.
Menjadi kader yang unggul berarti harus selangkah lebih maju dari yang lain. Dengan memahami diri sendiri sebagai bagian dari komunikasi, menjadikan kader selangkah lebih unggul dari kader-kader yang lain. Itulah konsep diri yang bisa menjadikan kader lebih unggul dalam memahami tentang bagaimana kondisi diri sendiri dan bagaimana harus bersikap dengan orang lain sehingga membawa dampak yang baik bagi orang lain.
Buruknya diri kita bukan berarti tidak akan berpengaruh untuk orang lain. Justru akan membawa dampak yang buruk pula kepada orang lain, karena peradaban unit terkecilnya itu adalah individu. Berarti  baiknya diri kita adalah satu sumbangsih untuk memberikan energi-energi positif bagi organisasi. Bahkan skala besarnya bisa memberikan dampak yang baik dalam peradaban sebuah negara, karena sebuah perubahan itu bisa  terjadi dimulai dari diri sendiri.
Referensi
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ke 18. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
https://essay.co.id/pengertian-konsep-diri-contoh-komponen-jenis-faktor-lengkap/
http://hmiekonomiairlangga.blogspot.com/2012/02/pola-dasar-perkaderan.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/jendelajauhari.pdf&ved=2ahUKEwjb96i6lvHnAhXVbCsKHR8yDG4QFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw2QN2dlQ2LIkA9IY4yl5mZw
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H