Assalamualaikum..
Saya ingin berbagi kisah tentang pengalaman menyedihkan seorang kawan pasangan suami istri. Seminggu lalu kawan saya mengantarkan buah hatinya untuk imunisasi DPT di sebuah Puskesmas di daerah Jakarta Timur. Putra laki-laki pertamanya ini berusia 5 bulan lebih dan imunisasi kali ini adalah yang ke-3.
Sebelum berangkat ke puskesmas, buah hatinya dalam kondisi sehat dan normal. Namun sepulang dari Puskesmas, buah hatinya menjadi demam dan itu dialami selama tiga hari. Orang tua kawan saya memeriksakan kembali ke puskesmas berharap demamnya sembuh dengan memberi penanganan yang tepat. Dokter puskesmas memberikan obat antibiotik namun kondisi demamnya naik turun tak kunjung sembuh.
Khawatir kondisi buah hatinya semakin memburuk, akhirnya dibawa ke sebuah klinik. Saran dari klinik untuk dilakukan cek darah ke puskesmas tersebut. Dokter puskesmas kembali memberikan obat antibiotik untuk yang kedua kalinya. Kondisi demam buah hatinya mencapai 38 derajat Celcius.
Genap satu minggu berlalu kondisi buah hatinya tak kunjung sembuh dan melihat kejanggalan yaitu kaki yang terasa dingin dan sempat kejang. Akhirnya kawan saya membawa ke puskesmas namun pihak puskesmas seakan lepas tangan dan menyarankan untuk dirujuk ke Rumah Sakit. Belum sampai di rumah sakit, nyawa buah hatinya sudah tidak tertolong lagi.
Saya sebagai kawan ikut merasakan kesedihan bagaimana rasanya kehilangan buah hati. Saya juga menyayangkan buruknya pelayanan puskesmas tersebut. Mohon saran dari rekan-rekan pembaca, khususnya Bapak/Ibu Dokter, apakah prosedur imunisasi dari awal sampai pemberian obat antibiotik itu sudah benar? Bisakah hal tersebut dikatakan sebagai Malpraktek? Apakah sudah benar tindakan Dokter Puskesmas dengan memberikan obat antibiotik selama seminggu disaat mengalami demam setelah imunisasi? Jika memang betul terjadi Malpraktek, kemana kita harus mengadu?
Kami berharap peristiwa yang menimpa kawan saya dapat dijadikan pembelajaran bagi kita semua dan semoga buruknya pelayanan kesehatan di Puskesmas tidak dialami orang tua lainnya. Terima kasih..
Wassalamualaikum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H