Mohon tunggu...
Alhawaris
Alhawaris Mohon Tunggu... Dosen - Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia

Dosen FK Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deretan Penyakit Tropis yang Dapat Ditularkan Melalui Droplet

3 April 2020   18:28 Diperbarui: 3 April 2020   18:36 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis dengan berbagai keanegaragaman di dalamnya, mulai dari flora, fauna, mineral, logam, bahkan dari segi kehidupan penduduknya. Iklim tropis yang dimiliki oleh negara ini turut pula menyediakan tempat hidup yang memadai bagi beragam jenis mikroorganisme/mikroba (kuman), baik yang bermanfaat maupun bersifat patogen atau menyebabkan penyakit, khususnya pada manusia.

Penyakit infeksius yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme endemik pada daerah beriklim tropis tersebut kemudian dikenal sebagai penyakit tropis. Kondisi geografis, kelembapan udara, temperatur, serta lingkungan tempat tinggal turut andil mempengaruhi perkembangan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit tropis tersebut.

Penyakit tropis akibat infeksi mikroorganisme digolongkan dalam penyakit menular. Khusus pada manusia, mekanisme penularan dapat melalui kontak langsung (kontak kulit atau hubungan seksual), makanan dan minuman, vektor (perantara nyamuk, pinjal, anjing atau hewan lainnya), dan udara. Penularan melalui udara yang terbanyak adalah dengan droplet.

Apa itu Droplet?

Jika seseorang batuk, bersin, meludah atau berbicara, maka akan terhembus percikan titik air besar maupun kecil. Titik-titik air ini dapat mengandung mikroorganisme yang menyebabkan penyakit asal udara. Titik air yang besar dapat mencemari pakaian dan benda mati lainnya, termasuk debu. Titik air yang kecil dan halus dapat menguap (evaporasi) yang dapat membawa bibit penyakit dan dapat terhisap langsung pada waktu bernapas dan masuk ke dalam alat pernapasan. Titik-titik air yang mengandung mikroorganisme tersebut dinamakan droplet.

Beberapa penyakit infeksius daerah tropis yang ditularkan melalui droplet antara lain tuberkulosis (paru), difteri, pertusis, pes, campak, varisela, ISPA dan SARS.

Tuberkulosis Paru

Penyakit tuberkulosis dahulu disingkat TBC, sekarang dipopulerkan sebagai TB saja untuk menghindari stigma di masyarakat terhadap pasien-pasien TB. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana masih berkerabat dekat dengan bakteri penyebab penyakit kusta/lepra yaitu Mycobacterium leprae. Kuman TB sangat sensitif terhadap panas dan sinar UV dari matahari.

Umumnya kuman TB menginfeksi organ paru-paru sehingga orang yang menderita TB biasanya akan menunjukkan gejala umum seperti batuk berdahak lebih dari 3 minggu (kadang berdarah jika sudah parah), sesak nafas, nyeri dada, sering berkeringat tengah malam, dan dalam kurun waktu lama akan disertai penurunan berat badan.

Permasalahan baru yang muncul terkait TB adalah terjadinya kasus resisten terhadap beberapa obat TB yang direkomendasikan oleh WHO. Vaksin BCG yang digunakan untuk mengendalikan TB pun belum sepenuhnya efektif. Oleh karena itu, TB masih menjadi permasalahan yang belum sepenuhnya dapat teratasi.

Difteri

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan toksin yang dilepaskan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Toksin yang dimiliki oleh bakteri tersebut disebut eksotoksin yang memiliki sifat tidak tahan terhadap panas dan cahaya. Gejala awal penyakit ini berupa demam yang tidak begitu tinggi dan tenggorokan kering.

Penderita selanjutnya dapat mengalami peradangan pada tenggorokan, terjadi pembengkakan pada leher yang menjadi ciri khas penderita difteria (disebut "Bull-Neck") serta terdapat area berwarna putih (disebut pseudomembran) pada daerah tonsil yang mudah berdarah. Komplikasi dapat berakibat fatal bahkan berujung pada kematian dikarenakan toksin dari bakteri penyebab difteri mampu menyerang saraf dan jantung.

Sebelum ditemukannya vaksin penyakit difteri, penyakit ini menyebabkan kasus kematian yang tinggi. Namun, setelah dimulainya program imunisasi difteri, jumlah kasus positif dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Vaksinasi untuk difteria adalah vaksinasi DPT (Difteria, Pertusis, dan Tetanus).  Vaksinasi biasanya dimulai sejak anak berumur 6 -- 12 minggu.

Pertusis

Pertusis sering disebut juga batuk rejan (whooping cough) atau "batuk 100 hari" karena karakeristik batuknya yang khas dengan rentan waktu yang relatif lama. Penyakit ini umumnya menjagkiti anak-anak terutama balita yang dapat berujung pada kematian. Pencegahan utama penyakit ini adalah dengan melakukan imunisasi DPT. Kejadian pertussis dari waktu ke waktu tampak mengalami penurunan paska diberlakukannya imunisai.

Penyakit pertussis disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis atau Haemophilus pertussis. Satu hingga dua minggu setelah terinfeksi bakteri tersebut, biasanya penderita akan mengalami batuk pada malam hari, pilek, serta gangguan pada selera makan. Pada tahap selanjutnya yang dapat berlangsung selama 2-4 minggu, penderita dapat mengalami batuk terus-menerus yang diakhiri dengan bunyi "whoop", perasaan gelisah, hingga muka dan mata memerah.

Pada fase penyembuhan, batuk yang dialami penderita akan semakin berkurang dan biasanya akan menghilang dalam waktu 2-3 minggu kemudian.

Pes  

Pes memiliki nama lain penyakit sampar atau plague yang dapat menyebabkan terjadinya wabah. Penyakit pes sendiri disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis atau Pasteurella pestis. Penyakit pes termasuk dalam undang-undang karantina, dimana kejadian penyakitnya harus segera dilaporkan dan penderitanya harus segera diisolasi untuk mencegah dampaknya yang sangat cepat dan luas.

Penyakit pes pada awalnya merupakan penyakit yang menyerang hewan pengerat (tikus atau tupai) yang kemudian ditularkan kepada manusia (zoonosis) dengan perantaraan gigitan pinjal/kutu Xenopsylla cheopsis atau nyamuk Culex sp (disebut pes tipe bubo). Penularan penyakit pes dari manusia ke manusia terjadi melalui droplet penderita pes tipe paru.  Sekitar 5% dari pes tipe bubo akan berkembang menjadi pes pneumonia (pes paru) dengan angka kematian yang cukup tinggi.

Pencegahan terhadap penyakit pes yang dapat diakukan adalah dengan peningkatan sanitasi untuk memberantas tikus dan kutunya serta vaksinasi.

Campak

Penyakit campak disebut juga measles, rubeola atau morbili dan disebabkan oleh virus yang dikenal denga nama Morbillivirus. Virus campak mudah mati apabila berada di luar tubuh manusia dan terpapar sinar ultraviolet dari matahari. Sedangkan di dalam ruangan, virus campak dapat mengalami penurunan daya infeksinya selama sekitar 5 hari.

Penyakit campak sangat rentan menular terutama pada anak-anak, terlebih lagi jika belum pernah memperoleh vaksin campak. Adapun gejala umum yang sering timbul adalah  batuk, pilek, dan konjungtivitis (mata tampak merah) yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa berupa ensefalitis (peradangan pada otak). Pencegahan yang dinilai paling efektif adalah melalui imunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan.

Varisela

Varisela disebut juga dengan penyakit cacar air, varisela zoster atau chicken pox yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella-zoster-virus (VZV). Selain melalui droplet, penyakit ini dapat ditularkan juga melalui kontak langsung dari vesikel (ruang berisi cairan) yang mengandung virus VZV pada kulit penderita. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok usia dengan angka kematian yang relatif rendah. Tingkat penularan tertinggi adalah kontak serumah antar anggota keluarga.

Penyakit varisela umumnya dapat sembuh sendiri apabila penderita memiliki daya tahan tubuh (imuntas) yang baik sehingga dibutuhkan asupan gizi yang baik terhadap penderita. Imunitas tubuh terhadap virus VZV akan terus menetap seumur hidup setelah pertama kali terinfeksi. Namun, apabila imunitas tubuh melemah dan virus VZV kembali menyerang, maka dapat berpotensi terjadinya infeksi sekunder Varisela yang disebut herpes zoster.Di Indonesia sendiri, herpes zoster sering disebut sebagai penyakit cacar api atau cacar ular.

ISPA 

ISPA merupakan kepanjangan dari infeksi saluran pernafasan akut yang berarti penyakit pada saluran pernafasan (mulai hidung hingga paru-paru) dan bersifat akut (mendadak) dengan berbagai macam gejala. ISPA sering terjadi pada anak-anak dan dapat berujung pada kasus pneumonia (radang paru) berat. Kasus ISPA lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaaan. Hal ini kemunkinan disebabkan kepadatan dan pencemaran yang tingi di daerah perkotaan.

ISPA disebabkan oleh berbagai faktor. Jenis mikroorganisme yang dapat memicu ISPA antara lain: (1) Bakteri Pneumococcus, Diplococcus penumoniae, Haemophilus influenza, dan bakteri lainnya (2) Virus Influenza, Adenovirus, dan Cytomegalovirus, (3) Jamur/fungi Histoplasma capsulatum, Aspergillus fumigatus, Candida albicans, dan mikroorganisme lainnya.

Selain karena mikroorganisme infeksius, ISPA juga dapat disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar miyak, atau benda-benda berukuran kecil yang beterbangan di udara. Khusus ISPA yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat ditularkan dari orang ke orang melalui droplet.  

SARS

SARS merupakan kepanjangan dari severe acute respiratory syndrome yang berarti sindrom pernafasan akut berat. Pada dasarnya penyakit SARS juga tergolong dalam ISPA, namun disebabkan khusus oleh virus Coronavirus yang dapat menginfeksi organ paru-paru. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 2002 di wilayah Provinsi Guang Dong, Tiongkok. Pada saat itu, kasus yang dicurigai SARS di Indonesia masih sangat sedikit. Meskipun demikian, di beberapa negara tropis lainnya pada saat itu, penyakit SARS cukup mewabah.

Gejala penyakit yang ditumbulkan umumnya berupa demam tingi (lebih dari 38oC), batuk, sukar bernafas, kelelahan, kaku otot, dan rasa sakit pada area tenggorokan. Pada tingkat yang lebih parah, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.

Selain menyebabkan SARS, Coronavirus jenis lainnya juga telah menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama MERS (Middle East Respiratory  Syndrom) yang pernah mewabah di wilayah timur tengah.

Penyakit terbaru yang disebabkan oleh Coronavirus adalah COVID-19 (Coronavirus Disease-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh badan kesehatan dunia WHO dan menyita perhatian di seluruh dunia.

Meskipun penyakit-penyakit tersebut di atas cukup endemik di wilayah tropis seperti Indonesia, kita tak perlu merasa cemas berlebih. Beberapa strategi yang dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal, mengelola stres dengan baik disertai istirahat cukup, memenuhi tubuh kita dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan menghindari pengunaan bahan-bahan yang dapat merusak tubuh, mengikuti program imunisasi serta program pemerintah lainnya yang bertujuan membangun masyarakat Indonesia yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun