Islam mewajibkan umat muslim memiliki kepribadian peduli terhadap sesama manusia atau biasa disebut dengan kepedulian sosial. Hal ini ditekankan oleh Allah melalui kewajiban membayar zakat bagi mereka yang mampu. Tujuan zakat adalah menciptakan kesejahteraan sosial yang merata di masyarakat. Tidak hanya zakat, umat muslim juga mengenal konsep infak dan sedekah yang bersifat sunah untuk tujuan yang sama. Apabila konsep ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah) ini benar-benar diterapkan dalam kehidupan bersosial umat muslim, maka bukan tidak mungkin untuk memperkecil gap kesenjangan sosial suatu masyarakat.
Askda Ekmek adalah tradisi masyarakat Turki yang menurut Prof. Febe Armanios sebagai profesor sejarah yang berfokus pada hubungan Kristen-Muslim di Timur Tengah dan sejarah makanan di Middlebury College di Vermont, AS, memiliki kemiripan dengan konsep zakat dalam Islam (sumber). Tradisi ini terbilang unik, mengingat perkembangannya yang menurut penulis cukup efektif dan efisien sebagai upaya membangun budaya kepedulian sosial secara lebih luas. Dengan tumbuh-suburnya budaya kepedulian sosial di masyarakat, tidak hanya bisa menciptakan kesejahteraan sosial yang merata. Tetapi juga bisa merambah keseimbangan di sektor lain. Untuk itu, penulis hendak menyampaikan sedikit tentang askda ekmek terkait bagaimana askda ekmek itu dan sejarah perkembangannya hingga saat ini.
Askda Ekmek
Askda ekmek adalah "roti di gantungan" atau "roti yang ditangguhkan" (sumber). Disadur dari sebuah artikel di laman www.beritaturki.com, roti yang ditangguhkan itu tadi bisa diambil oleh orang yang membutuhkan tanpa harus membayar. Sebagai gambaran, katakanlah Ani membeli dua buah roti. Tetapi Ani membayar untuk empat buah roti. Kemudian penjual roti akan menggantung dua buah roti yang telah Ani bayar untuk ditangguhkan itu pada sebuah gantungan di tokonya. Roti yang digantung itulah yang menjadi hak bagi mereka yang membutuhkan. Apabila kemudian ada seseorang yang membutuhkan roti dan menanyakan kepada penjual roti, "Apakah ada roti yang digantung?", maka penjual roti mengiyakan jika memang ada. Misalnya di gantungan terdapat lima roti, namun si penanya hanya membutuhkan dua roti saja. Maka ia akan mengambil dua roti dan tiga roti lainnya tetap berada di gantungan untuk orang lain yang juga membutuhkan.
Mengapa roti? Dilansir dari artikel berjudul "Sedekah Roti, Tradisi Kuat Ottoman Mengacu Sunah Rasulullah", roti merupakan makanan pokok bagi warga Turki. Di sana, roti putih biasa dipanggang dua kali sehari dan setiap hidangan disertai dengan keranjang penuh roti segar yang diiris. Dari penjelasan tersebut, kita bisa memahami bahwa roti bagi masyarakat Turki adalah sama pentingnya seperti nasi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan pemerintah Turki hingga kini turun tangan dalam menentukan harga roti supaya tetap terjaga (terjangkau bagi masyarakat Turki).
Sejarah dan Perkembangan Tradisi Askda Ekmek
Sejarah mencatat bahwa Kekaisaran Ottoman adalah Dinasti Islam yang berjaya sekitar 600 tahun lamanya. Corak tradisi dan budaya yang berkembang pada masa itu tentu lebih banyak diwarnai oleh ajaran Islam. Termasuk tradisi Askda Ekmek. Menurut artikel berjudul "Mulianya Makna Berbagi Dalam "Askida Ekmek"", tradisi "roti yang ditangguhkan" ini telah ada sejak zaman Ottoman. Sampai saat ini, tradisi tersebut masih banyak dipraktikkan oleh masyarakat Turki.
Waktu berlalu dan zaman kian canggih. Tradisi Askda Ekmek mengalami perkembangan pada jenis barang yang ditangguhkan dan media yang digunakan pun sudah memanfaatkan teknologi media berbasis online yakni melalui situs www.yemek.com dan www.askidanevar.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H