"Kecantikan"
...menurut KBBIÂ adalah keelokan (tentang wajah, muka); kemolekan. Biasanya, "kecantikan" atau "cantik" (sebagai kata dasarnya) ditujukan untuk mensifati penampilan seorang wanita yang dinilai memiliki keserasian fisik yang memberikan efek psikologis bahagia/senang/kagum ketika memandangnya. Kecantikan wanita dari segi penampilan fisiknya, telah mengalami perubahan "standar" dari masa ke masa. Hari ini, wanita dikatakan cantik apabila ia berkulit seputih susu, berhidung mancung, alis yang simetris, bentuk wajah "V" atau oval, dsb seperti kebanyakan artis Korea sekarang ini.Â
Ada pula penilaian yang mendefinisikan kecantikan wanita adalah yang tinggi semampai, langsing, dsb. "Standar kecantikan" wanita tersebut, demikian kuatnya dihembuskan melalui berbagai media yang menawarkan "produk kecantikan". Sebut saja seperti kosmetik pemutih (wajah maupun badan), minuman untuk diet, serta produk berupa busana dengan beragam pilihan yang terus-menerus di-update. Pembaruan berbagai produk tersebut menuntut adanya pembelian secara berkala dan continue oleh segmen pasar tertentu dari masing-masing produk.
Penulis telah mengamati dari beberapa realitas, bahwa gencarnya media yang menawarkan berbagai hal untuk bisa membuat wanita menjadi cantik sesuai dengan standar kecantikan yang dibuat sendiri oleh para produsen tersebut, ternyata menimbulkan dampak yang cukup memprihatinkan bagi muslimah. Sangat disayangkan, jika para muslimah terpedaya dengan "standar kecantikan" yang kini marak digembar-gemborkan tadi. Dampak yang ditemui oleh penulis, seperti: (1) membeli berbagai produk kosmetik dengan harga yang bagi penulis, adalah cukup besar.Â
Alih-alih menggunakan kosmetik untuk perawatan, kenyataannya justru diniatkan untuk memenuhi "standar kecantikan" yang keliru; (2) menghabiskan banyak waktu untuk stalking di media sosial perihal produk-produk kecantikan yang up to date; (3) membandingkan penampilan diri dengan penampilan muslimah lainnya dan secara sadar atau tidak, juga melakukan penilaian "apakah diriku termasuk cantik dibandingkan si Fulanah" yang justru akan membawa dampak lebih jauh pada kecenderungan hati yang sombong/kurang bersyukur dengan kondisi diri/merendahkan orang lain hanya karena tampilan fisik; dan yang paling akut serta potensial terjadi (secara sadar atau tidak, cepat atau lambat) adalah (4) prioritas upaya memenuhi standar kecantikan tersebut melebihi prioritas untuk berkarya demi kemajuan umat.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:Â
Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, akan beruntunglah kamu. (HR Bukhari - Muslim).Â
Dari hadits tersebut, bisa kita ambil pelajaran bahwa kecantikan seorang wanita (dalam segi fisik/penampilannya saja) tidak menjamin bahwa muslimah tersebut lebih baik. Lantas bagaimana memaknai kecantikan seorang muslimah? Di sini penulis berupaya mendefinisikan "kecantikan" bagi muslimah yang memiliki tujuan hidup mulia: memajukan kehidupan umat ke arah yang lebih baik.
Penulis meyakini bahwa muslimah yang cantik adalah yang disebabkan karena: (1) pemikirannya; (2) tutur katanya; (3) perbuatannya; dan (4) penampilannya. Sedangkan Islam di sini akan digunakan sebagai "parameter kecantikan". Dalam upayanya, penulis menemukan setidaknya tiga hal yang semoga bisa mewakili kecantikan hakiki seorang muslimah sebagaimana berikut: Â
Kemampuan/Keahlian di Bidang Tertentu
"...Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui...". (Q.S At Taubah ayat 105)
Allah menyeru orang-orang mukmin untuk bekerja, baik pria maupun wanita. Kemudian, agar hasil pekerjaan yang telah dijalankan itu mampu memberikan kemashlahatan kehidupan umat, tentulah sangat penting bagi orang-orang mukmin untuk memiliki kemampuan/keahlian di bidang tertentu. Muslimah seharusnya memiliki cita-cita karir yang berkontribusi pada kemajuan masyarakat. Ia mesti terlibat aktif menjalani peran sebagai seorang ahli atau yang memiliki kemampuan yang baik yang sesuai dengan bidang karirnya. Misalnya saja menjadi guru, dokter, hakim, pengusaha, dsb. Termasuk aktif berperan sebagai seorang istri dan ibu dalam sebuah keluarga yang dibangun.
Tanpa kemampuan/keahlian tertentu, muslimah akan kesulitan untuk menyumbangkan kontribusinya. Misal ia seorang pendidik. Maka ia harus mampu membuat peserta didik yang semula tidak bisa menjadi bisa. Jika ia seorang dokter, maka ia harus mampu menyembuhkan penyakit sesuai spesialis yang diambilnya. Jika ia seorang hakim, maka ia harus mampu memutuskan suatu perkara hukum dengan adil. Jika ia seorang business-woman, maka ia harus ahli dalam bidang manajemen bisnis, marketing, dsb. Dengan begitu, muslimah yang memiliki kemampuan/keahlian dalam bidang pekerjaan yang dijalaninya akan menampakkan wajah Islam yang rahmatan lil'aalamiin.
Adapun jika seorang muslimah telah menjadi istri sekaligus ibu dalam sebuah keluarga yang ia bangun, maka ia perlu memiliki kemampuan yang memadai dalam hal mendidik anak, merawat anak, mengatur keuangan, mengatur waktu antara karir dan keluarga, serta menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangannya maupun lingkungan sosial yang lebih luas. Penulis sepakat pada pemahaman bahwa laki-laki sebagai seorang suami sekaligus ayah bagi anak-anaknya juga turut andil dalam urusan domestik rumah tangga serta pengasuhan dan pendidikan bagi anak-anaknya.Â
Moral dan Kepribadian Islami
Apalah arti kecerdasan dan paras menawan dari seorang muslimah, apabila ia tidak memperindah akhlaknya. Yakni menghiasi dirinya dengan perhiasan bernama "moralitas dan kepribadian seorang muslim". Perhiasan tersebut, menurut penulis adalah moralitas dan kepribadian positif yang bersifat universal, seperti: mencintai kebenaran, berpikir ilmiah, obyektif, rasional, berpikir pola organisasi, jujur, bertanggung jawab, kompetitif, sportif, kerja keras, dsb. Pun tidak ketinggalan pula moral kepribadian yang menjadi ciri khas seorang wanita yang "perasaannya lebih peka" dibandingkan pria, yakni empatif, sabar, bijaksana, keibuan (penuh kasih sayang), lapang dada, pemaaf, dsb.
Dalam poin ini, penulis hendak menyampaikan bahwa muslimah yang cantik ialah yang mampu menyeimbangkan antara kecerdasan yang membentuk kemampuan (intelejensi dan skill) dengan akhlak/moral kepribadiannya yang baik. Kombinasi tersebut, insyaallah akan membuat setiap muslimah mampu memberikan kontribusi yang dahsyat dalam upaya memajukan masyarakat menjadi harmonis/seimbang.
Sederhana, Teduh, Nan Tangguh
Tidak bisa dipungkiri bahwa wanita adalah ciptaan Allah yang diibaratkan sebagai perhiasan dikarenakan keindahannya. Dan bagi penulis, adalah suatu hal yang wajar bilamana wanita manapun melakukan upaya mempercantik diri dengan berbagai hal. Di antara upaya tersebut ialah penggunaan busana, makanan/minuman, kosmetik, maupun produk kecantikan lainnya demi menjaga keindahan diri sekaligus kesehatan jasmani. Namun, yang sangat tidak disukai Allah adalah bilamana upaya-upaya tersebut sudah berlebihan. Sesuai dengan firman-Nya pada Q.S Al Ma'idah ayat 77, "...janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.''' Dalam hal ini, jelaslah bahwa Islam melarang umatnya untuk berlebihan dalam hal apapun, termasuk bagi muslimah dalam hal memperindah dirinya. Khususnya memperindah secara fisik/penampilannya saja. Karena apabila seorang manusia berlaku berlebihan dalam hal apapun, sesungguhnya perbuatannya itu hanyalah sia-sia dan ia amatlah dekat dengan sifat sombong. Na'udzubillaah.
Dalam menjalankan berbagai peran, akan sangat bijaksana apabila muslimah mampu menampilkan jati diri sebagai seseorang yang sederhana penampilannya dan teduh ketika memandangnya. Selain itu juga hendaknya mampu menunjukkan jati diri sebagai seseorang yang memiliki kemurnian niat, kesungguhan hati, serta ketangguhan dalam mengemban amanah dan tanggung jawab sehingga mampu melahirkan karya-karya kebaikan untuk masyarakat. Subhanallaah. Mudah diucapkan, namun berat untuk diwujudkan. Tetapi jika tidak demikian, bagaimanalah lagi baiknya?Â
Mempercantik diri dalam arti kecantikan jasmaniah bagi seorang muslimah adalah sah-sah saja. Namun, berbagai upaya yang dilakukan itu tidaklah diperkenankan jika melampaui batas. Sejalan dengan itu, yang perlu disadari dan dihayati oleh setiap kita di sini adalah bahwa kecantikan hakiki seorang muslimah utamanya tidaklah dinilai dari segi fisik penampilannya semata. Melainkan kecantikan hakiki seorang muslimah terletak pada bagaimana ia menyeimbangkan kehidupan pribadi dan sosial dalam bingkai ajaran Islam. Yang demikian itu bisa diketahui dari beberapa hal, yakni: (1) kualitas kemampuan dalam bidang tertentu yang menunjang karir dan pembangunan keluarganya; (2) kualitas moralitas serta kepribadian universal yang dimiliki; (3) serta yang terakhir adalah bagaimana ia mampu membentuk jadi diri sebagai sosok yang ahli, berprinsip, sederhana, anggun, namun tangguh dalam mengemban berbagai amanah dan tanggung jawab.