Mohon tunggu...
Analgin Ginting
Analgin Ginting Mohon Tunggu... Human Resources - Penulis dan Motivator Level 5

Peduli, Memberi dan Berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres Tanggal 9 Juli Lebih Baik Ditunda

20 Juni 2014   22:43 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:58 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kampanye Pemilihan Presiden RI tahun 2014 memasuki babak yang semakin panas dan mendebarkan.Hal ini terjadi karena Jenderal Purnawirawan Wiranto melakukan Wawancara Pers untuk membukakan apa yang sebenarnya terjadi dibalik pemberhentian Prabowo Subianto dari militer pada tahun 1998.Pada wawancara itu dengan gamblang Wiranto mengatakan bahwa Prabowo diberhentikan dari militer karena melakukan penculikan para aktivis atas keinginannya sendiri.Tidak ada instruksi untuk melakukan suatu tindakan yang ekstrim kala itu, kata Wiranto

Wawancara pers dilakukan setelah sebelumnya beredar surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang berisi pemberhentian Letnan Jenderal Prabowo.Beredarnya DKP oleh Timses Prabowo Hatta dianggap sebagai black campaign untuk melemahkan posisi Prabowo sebagai calon presiden.

Atas situasi ini, karena merasa dirugikan maka Tim Sukses dan Tim Hukum Capres Prabowo Hatta pun berusaha membalas dengan rencana mengadukan Wiranto kepada Polisi dan Bawaslu.Saat ini saling membela dan saling menghujat pun sudah terjadi dalam media sosial dan televisi

Pada hari Kamis Sore kemarin (Kamis, 19 Juni 2014) misalnya, TV One melakukan wawancara dengan Mayjen Purnawirawan Kivlan Zen dari Tim Prabowo Hatta untuk meminta pandangannya tentang apa yang sudah dilakukan oleh Wiranto.Dalam wawancara ini Kivlan Zen pun menjawab pertanyaan dan memberi penjelasan dengan sangat emosional.Bahkan kalimat yang disampaikan oleh Kivlan Zen pun seolah olah langsung berbicara kepada Wiranto.

Hari ini situasi kekisruhan semakin berlanjut, dimana sekretaris tim sukses Prabowo Hatta, Fadli Zon menuduh bahwa Jenderal (Purn) Wiranto adalah seorang pencundang dan pengecut.Dari pihak lain, Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Wiranto adalah fakta sejarah yang mengandung kebenaran.

Dengan kejadianini terus terang terlihat bahwa para jenderal dan pimpinan militer (TNI) yang sudah purnawirawan sudah terpecah.Sebagian membela Capres dan Cawapres Prabowo Hatta, dan sebagian lagi membela Capres dan Cawapres Jokowi dan Jusuf Kalla.Dampaknya tentu saja rakyat bingung dan yang lebih bingung lagi adalah seluruh anggota TNI Angkatan Darat khususnya yang saat ini masih aktif.Pasti ada yang membela kelompok Prabowo namun ada juga yang membela kelompok Wiranto.

Dampak yang paling negatif dan merugikan atas situasi ini adalah kebingungan yang akan terjadi dalam diri para pelajar dan mahasiswa atau seluruh generasi muda.Pasti lah anak anak muda yang saatini hampir semuanya sudah mengenal dan intensif di media sosial akan melihat dan membaca kekisruhan ini.Mereka akan terheran heran atas situasi ini karena ternyata para pemimpin memberikan contoh perkataan yang saling menjelekkan, saling menjatuhkan dan terkesan melakukan segala cara untuk memenangkan calonnya dalam pilpres yang sebentar lagi akan dilakukan.

Dalam buku buku pelajaran SD, SMP dan SMA selalu diajarkan bahwa orang Indonesia itu ramah, sopan dan tutur katanya halus.Namun sekarang mereka melihat fakta yang sebaliknya.Bisa kita bayangkan dampaknya dalam pembentukan paradigma atau mindset anak anak muda ini.

Sebenarnya mengapa hal ini terjadi?Menurut hemat saya semua kampanye hitam yang dilakukan sekarang baik untuk Prabowo maupun sebelumnya untuk Jokowi dengan munculnya Tabloid Obor Rakyat, adalah bukti dari dua hal.Pertama kita belum dewasa dalam berkompetisi dan yang kedua adalah banyaknya utang kejadian masa lalu yang tidak diselesaikan secara tuntas dan mengutamakan kebenaran.Banyak utang masa lalu hanya didiamkan atau dikompromikan saja penyelesaiannya.

Ternyata utang masa lalu seperti misalnya peristiwa G 30S PKI, Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Lampung, Peristiwa 1998 tidak hilang dalam memory bangsa Indonesia hanya dengan didiamkan atas hasil kompromi.Ada prinsip dalam kehidupan yang mengatakan bahwakebenaran suatu saat akan dibukakan.

Nah, inilah yang terjadi saat ini.Disatu pihak ada yang berfikir dia hanya membukakan kebenaran, sementara pihak lain merasa sengaja dirugikan atas dibukakannya kebenaran ini, sehingga dia balik menyerang.

Atas situasi ini saya melihat bahwa membukakan kebenaran untuk melunasi utang utang masa laluBangsa Indonesia lebih penting nilainya daripada melanjutkan pemilihan presiden yang sekarang.Jauh lebih baik jika rencana pemilihan presiden pada tanggal 9 Juli ditunda 2 sampai 3 bulan dan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Prabowo dan Jokowi dituntaskan.Jika sudah tuntas maka Bangsa Indonesia akan yakin bahwa calon presidennya adalah dua orang yang benar benar bersih dan merupakan putra terbaik bangsa.

Jika dalam situasi serba menyalahkan dan saling membela seperti ini pilpres tetap diteruskan saya melihatsituasi setelah pemilihan bisa terjadi kekisruhan yang semakin besar dan mendalam.Sebab bisa saja calon yang kalahapakah pihak Prabowo Hatta dan Joko Widodo Jusuf Kalla tidak bisa menerima, dan akhirnya terfikir untuk melakukan balas dendam.

Saya berharap agar Komisi Pemilihan Umum benar benar serius dalam memikirkan situasi sekarang ini, dan Pemilihan Presiden harus dilakukan dalam suasana penuh kedamaian.Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun