Mohon tunggu...
Analgin Ginting
Analgin Ginting Mohon Tunggu... Human Resources - Penulis dan Motivator Level 5

Peduli, Memberi dan Berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nilai Lebih Novel Pingko-Pingko (Resensi)

4 Februari 2021   15:27 Diperbarui: 4 Februari 2021   17:27 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan itu hanya milik TYME. Novel ini bukannya tak memiliki kelemahan juga. Bagi saya kelemahannya hanya satu. Pada halaman 180, ada nuansa yang disampaikan bahwa rokok bisa membuat ketenangan. Hahahaha. Itu saja Ma, kelemahannya. Takut aku jika generasi muda kita nanti merasa bahwa rokok itu bisa membuat ketenangan.

SARAN

Siapa yang harus membaca novel ini dan makna apa yang bisa dipetik ?

Tentu saja siapapun bisa membacanya kalau ingin melihat contoh integritas dan bagaimana cara mengajarkannya kepada kaum muda kita. Lalu saya sangat menyarankan supaya anak muda karo, millennial karo terutama yang lahir di luar Tanah Karo agar membaca Novel ini jika ingin mempelajari Suku Karo itu. Ya tidaklah terlalu lengkap, namun sebagi entry awal untuk mempelajari jati diri Karo, novel ini salah satu yang terbaik.

Apa arti impal, apa arti tutur siwaluh, mengapa dipanggil Mama Tigan, atau Mama Ginting , beru singumban, mengapa dijadikan beru ribu, semua dijelaskan disini dengan sangat menarik.

Namun saya melihat satu keistimewaan, Novel ini adalah sejajar dengan novel novel nasional yang sudah dikenal secara luas. Dengan Novel Hamka "Tenggelamnya Kapal van Der Wijk" bahkan dengan Novel Da Vinci Code nya Daniel Brown, dengan novel novel John Grisham pun tidak kalah. Indah dan sejajar makna dan imaginasi yang diciptakannya. Untuk Pelajaran Bahasa Indonesia dan Kesusastraan Indonesia bagi pelajar di Kabupaten Karo, Novel ini layak dijadikan jadi objek pembelajaran. 

Bahkan ada kejutan yang sangat mencengangkan diakhir novel ini. Sesuatu yang sangat mengagetkan dan di titik ini aku sampai meneteskan air mata dan merenung sangat dalam. Sampailah aku pada satu kesimpulan bahwa Mamaku Haji Muhammad Tempel Tarigan, bukan lah seorang pencinta yang sukses dan berhasil, namun dia sukses sebagai Penulis Novel Top dan Suskes sebagai bapak dan suami. Kalau kam masih bingung apa yang kumaksud, kita punya persamaan Ma. Syair lagu yang kucipta dibawah ini mungkin bisa memberikan sedikit penjelasan

Berekenndu sada baju muatku berkat agiku

Jadi persinget nambahi gegeh erlajar nindu

Meriahkal ukurku ngalokensa mesayang

Kututusi kugegehi ningku erpadan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun