Gunung Argopuro merupakan sebuah gunung yang terletak di perbatasan Probolinggo, Situbondo, Jember, dan Bondowoso yang masuk kawasan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Hyang, dan juga merupakan salah satu jalur pendakian terpanjang di Indonesia dan terpanjang di pulau Jawa.Gunung ini dinamakan Argopuro karena banyak dijumpai situs mirip pura yang merupakan tempat ibadah umat Hindu, serta ditemukannya sisa – sisa reruntuhan yang masih nampak jelas terutama di kawasan puncak. Gunung Argopuro dapat diakses dari 2 pintu masuk yakni dari Baderan di Kabupaten Situbondo, dan dari Bermi di Kabupaten Probolinggo. Rata – rata pendakian gunung Argopuro memakan waktu hingga 4 sampai 5 hari perjalanan. Jalur pendakian gunung Argopuro menawarkan berbagai hal menarik di dalamnya, mulai dari pesona alam seperti Hutan Hujan, Savana, Hutan Cemara, Hutan Lumut, Hutan Edelwais, Sungai Qalbu, Danau Taman Hidup dan pesona lainnya.
Sebagai gunung yang memiliki jalur pendakian terpanjang di pulau jawa, gunung Argopuro memiliki 3 puncak gunung yang berdekatan yaitu Puncak Arca, Puncak Argapura, dan Puncak Rengganis. Gunung Argopuro juga menyajikan banyak cerita sejarah dan misteri yang melekat pada masyarakat. Hal tersebut ada pada Puncak Rengganis, sebagai salah satu puncak gunung Argopuro, yang diyakini sebagai tempat bersemedi Dewi Rengganis seorang putri dari Kerajaan Majapahit. Di puncak Rengganis terdapat makam serta beberapa bangunan petilasan yang diperkirakan dibangun pada abad ke 12 masehi dan diyakini masyarakat setempat sebagai sisa – sisa kerajaan sang Dewi, walaupun bisa dikatakan bahwa ini sebuah hoax karena tidak ditemukan di catatan Belanda bahwa terdapat makam atau petilasan.
Jalur yang paling umum dipakai oleh para pendaki saat mendaki gunung Argopuro biasanya melalui pintu Baderan yang ada di Kabupaten Situbondo dan berakhir melewati pintu Bermi di Kabupaten Probolinggo, dimana para pendaki akan mulai pendakian dari basecamp menuju mata air 1 – mata air 2 – Cikasur – Cisentor – Rawa Embik – Puncak – Danau Taman Hidup – Bermi dimana jika di hitung jarak dari Baderan menuju ke Bermi itu sekitar 44,5 km.
Banyak sekali cerita yang terdapat pada gunung Argopuro ini, salah satunya di jalur pendakian gunung Argopuro yaitu di Cikasur menurut catatan Belanda, Cikasur sebenarnya namanya adalah Sikasur bukan Cikasur, karena itu berasal dari bahasa lokal, “si” artinya mirip dan “kasur” itu ya mirip kasur jadi dinamakan Cikasur. Di Cikasur ini memang terkenal akan bekas landasan pewasat, dimana dahulu ada seorang explorer warga negara Jerman tapi kemudian pindah warga negara menjadi Belanda yang bernama Franz Wilhelm Junghuhn, dia adalah seorang botanis yang ke Argopuro pada awal 1800-an. Bermodalkan catatan dari Heinrich Zolingger asal Swiss yang ke Cikasur sebelum Junghuhn, kemudian Junghuhn ke Cikasur sebagai botanis dan menggambar apa yang ada di Argopuro serta tentang temperatur yang ada di Cikasur serta jenis – jenis tanaman yang ada di sana.
Dari sini 100 tahun kemudian pada awal 1900-an, Belanda mengadakan Mega Project di Argopuro ini yaitu membangun stasiun kereta di Argopuro dengan tujuan wisata dan juga Health Center. Rancangan pertamanya itu adalah membuat pusat stasiunnya di Cikasur yang nantinya akan ada villa dan ada juga Health Center (pusat keseahatan). Karena pada awal 1900-an itu kenapa Belanda berpikir untuk membuat Mega Project di Argopuro itu adalah karena catatannya Junghuhn di tahun 1800-an, karena memang di Cikasur itu udaranya sangat bagus bahkan mendekati sempurna katanya, sehingga mereka ingin membangun Health Center dan wisata juga di Cikasur. Jadi rancangan Mega Project nya adalah Cikasur menjadi pusat stasiunnya dan membangun sanatorium serta pedesaan untuk warga elit Belanda yang pensiun dari Cikasur bisa naik kereta sampai ke sabanah yang berada dibawah puncak Argopuro yang rencananya akan dibangun hotel dengan tujuan wisata “oudheden”, atau wisata peninggalan sejarah di puncak Rengganis. Kemudian keretanya juga bisa ke area Sungai Qalbu karena akan dibangun rumah sakit untuk kesembuhan mental dan penyakit beri – beri.
Sumber Mega Project ini sebenarnya sudah dipublish di koran Belanda pada tahun itu dikarenakan mereka mau mencari investor, kemudian pada tahun 1902 Mega Project ini mendapatkan investor yang ingin menyewa Cikasur untuk percobaan pembangunan sanatorium dan mendapatkan izin pada tahun 1907, tapi ternyata project itu gagal dilaksanakan yang kemudian pada tahu. 1916 Cikasur disewakan ke Ledeboer, seorang juragan kopi asal Belanda yang tinggal di Bermi, selama beliau tinggal di Cikasur prioritas utama beliau adalah mengupayakan konservasi habitat di Cikasur, khususnya rusa dikarenakan pada saat itu adanya penurunan populasi akibat perburuan. Dimana sangking kayanya, Ledeboer sampai membangun landasan pesawat di area Cikasur untuk mempermudah transportasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H