"His.. Kenapa ada nama ini di sertifikat saya?" Protes salah satu siswi kepada walikelas di sekolah kami. Yakni di SDIT Alizzah. Ia tidak terima di sertifikat Qur'an Camp (kegiatan saat ramadan) tertulis nama ayahnya. (Contoh: Fulanah binti Fulan). Â Ia tahu betul bahwa ayahnya tidak lagi bertanggung jawab atau memberikan nafkah kepadanya semenjak berpisah dengan ibunya. Sungguh menohok.
Kejadian ini tentu bukan hal yang baru saat ini. Banyak anak-anak di sekitar kita merasakan pahit yang sama. Ada apa sebenarnya? Apa itu tanggung jawab? Menurut Gramedia blog Tanggung jawab adalah sebuah sikap yang wajib kamu miliki dan dibentuk dari kecil. Karena pada saat itulah kamu akan diajarkan tentang tanggung jawab dan memiliki rasa tanggung jawab. Agar kamu dapat membawa sikap tersebut sampai dewasa.
Sebagai seorang guru yang masih di tahap belajar memotivasi anak-anak, saya sangat terharu dan bangga dengan 4 siswa karena sudah bertanggung jawab. Sebagai informasi, saya memiliki 20 siswa di kelas 6.. Saat ujian sekolah di ruang kelas lain, 4 siswa dari kelas kami bermain dan tidak sengaja membuat dinding yang terbuat dari triplek jebol. Sesuai kesepakatan sebelumnya, bila ada yang merusak barang sekolah maka wajib mengganti dengan yang baru.
Setelah berdiskusi dengan guru di kelas tersebut, kami diminta membuat spanduk motivasi untuk menutup lubang tersebut. Sebab bila mengganti dinding triplek yang baru sangat tidak memungkinkan. Yang menjadi persoalan berikutnya adalah bagaimana ke 4 siswa ini bisa mengeluarkan uang untuk memesan spanduk.
Saat briefing pagi saya pun mengajak 20 siswa untuk musyawarah bagaimana baiknya. Alhasil, ke 4 siswa ini akan mengumpulkan uang masing-masing Rp 25.000,- untuk memesan spanduk berukuran 1m2. Bila ada uang kembalian, maka akan diserahkan kembali ke mereka.
Saat itu saya minta besoknya harus sudah membawa uang yang dimaksud supaya spanduk dapat segera dipesan."Tunjukkan bahwa kalian adalah anak laki-laki yang bertanggung jawab!". Kalimat itu terlontar begitu saja meski hati ada rasa ragu juga. Apa mereka akan melaksanakannya.
Keesokkan harinya saya benar-benar dibuat terkesima. 4 siswa ini telah mengumpulkan uang sebesar Rp 100.000,- ada yang memakai uang jajannya sendiri pun ada yang minta ke orang tua sembari mengakui kesalahan yang telah dibuat. Impressive.
Spanduk biru pink yang bertuliskan"Barangsiapa tidak mau merasakan pahitnya belajar, ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya." pun tiba di kelas. Spanduk kalimat bijak dari Imam Syafi'i ini Harganya RP 40.000,-. Masing-masing siswa kembalian Rp 15.000,-Â Quote tersebut di pilih oleh salah satu siswa yang lain. Kebetulan orangtuanya memiliki usaha percetakan.
Pada hakikatnya, belajar bertanggung jawab tidak melulu soal duit. Bisa mulai dari hal yang remeh temeh. Bertanggung jawab dengan barang pribadi misalnya. Meletakkan sepatu pada tempatnya, Â menjemur handuk setelah digunakan atau menyelesaikan tugas yang diberi orangtua atau guru. Itu sudah termasuk bentuk tanggung jawab sejak kecil.