"Jangan lihat matanya nanti kau tertular." begitulah kata teman-teman jika ada yang terkena infeksi mata saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dengan cepat saya langsung menutup mata dengan tangan. Selang beberapa detik lalu mengintip di antara jari yang dibuka perlahan-lahan. Heheh
Emak-emak pun akan mencari ASI atau Air Susu Ibu di tetangga bila ada anggota keluarganya yang terkena infeksi mata. Konon ASI lebih mujarab dibanding salep mata yang diberikan dokter di puskesmas. Saya juga pernah melakukan hal yang sama. Hihihi.
Lalu bagaimana jika ibu hamil yang terkena infeksi mata? Ini dialami oleh teman saya Ika pada pertengahan bulan november lalu. Â Usia kehamilannya memasuki 3 bulan saat itu. Awalnya mata kirinya hanya memerah senin pagi di sekolah.Â
Semakin hari merahnya semakin melebar. Teman-teman sesama guru khawatir dan memintanya untuk ke dokter. Ada juga yang sudah memberi salep. Tapi ia tidak memakainya. Takut ada efek samping terlebih  sedang hamil.
Kamis 15 November, sepulang sekolah saya pun menemaninya ke dokter spesialis mata. Kata Ika pada dokter, saat bangun tidur di minggu pagi matanya mulai ada titik merah. Tidak ada nyeri sama sekali.Â
Dokter pun menyuruh Ika untuk pindah di depan alat seperti mikroskop. Kemudian dokter menanyakan apakah ika batuk, mual atau muntah-muntah. Karena usia kehamilannya di trimeseter pertama, Ika masih mengalami morning sickness jadi masih sering muntah. Dokter berjilbab itu pun menuturkan kalau mata merah infeksi terjadi karena adanya kontraksi atau penegangan pada saat muntah. Pembuluh darah di sekitar mata pecah karena adanya kontraksi yang berlebihan.
Pada saat kita menangis air mata keluar. Yekan. Nah. Ternyata darah tidak keluar seperti airmata karena adanya lapisan tipis seperti plastik bening yang menutupi mata kita. Sehingga darah hanya menyebar ke permukaan di bawah lapisan tersebut (dari luar kemerahan yang semakin melebar). Saya hanya ber'oo ria mendengar ulasan dokter waktu itu.
Setelah pemeriksaan Ika diberi obat tetes mata. Tak ada obat minum. Dokter pun menyarankan jika meneteskan obat tersebut, agar menekan ujung mata dekat hidung. Supaya obat tersebut tidak masuk ke dalam tubuh lewat saluran paling kecil yang ada di ujung mata. Istilahnya kita menyumbat agar tidak masuk ya.
Selang beberapa hari, teman saya yang akan pindah ke Timika itu  akhirnya sembuh. Jadi, untuk ibu hamil, sebisa mungkin hindari mual atau muntah ya. Agar tidak terjadi efek lainnya. Saran saya searching artikel bagaimana mengurangi mual atau muntah di mesin pencari. Percayalah, bahwa ibu hamil adalah wanita hebat yang akan melahirkan generasi emas yang hebat pula.
Salam hangat dari kota Sorong Papua Barat. :)