Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pengajar

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Mengikuti Pelatihan Menjahit di BLK Sorong

28 Desember 2017   19:09 Diperbarui: 28 Desember 2017   19:17 12791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seorang penjahit tidak bisa dianggap keinginan yang remeh temeh. Penghasilan yang dilihat hanya mengerakkan kaki ini bahkan melebihi gaji pegawai kantoran. Untuk permak celana saja, di kota saya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000,-. Itu baru memotong celana yang kepanjangan. Beda lagi kalau ingin membuat baju wanita. Ongkosnya rata-rata Rp 300.000,- . Belum kainnya. Hal seperti inilah yang membuat saya memutuskan untuk ikut pelatihan menjahit di BLK Sorong (Balai Latihan Kerja) pada bulan april lalu.

Dari 43 orang yang mendaftar, pihak BLK hanya menerima 16 orang termasuk saya melalu 2 tes. Yakni tertulis dan wawancara. Selain jurusan menjahit, BLK yang langsung di bawah Kementrian Tenaga Kerja ini juga membuka jurusan teknik juru ukur, mekanik motor, perhotelan, komputer, bahasa Inggris, dan sebagainya. Total ada 12 jurusan.

Sebelum mengikuti pelatihan menjahit, setiap peserta diwajibkan mengikuti pelatihan PBB (Peraturan Baris Berbaris) yang dilatih oleh 2 tentara selama seminggu. Rasanya janggal. Jahit menjahit tidak ada hubungannya sama sekali dengan baris berbaris. Benang lari ke mana, posisi hormat lari ke mana. Tapi goal yang diinginkan dari pihak BLK adalah kami sebagai tenaga kerja di masa yang akan datang, telah terbiasa disiplin untuk segala hal. 

Untuk itu kami juga diberi pelatihan tentang 5S yang berasal dari negara Jepang. 5S yaitu Seiri (pemilahan), Seiton (penataan), Seiso (pembersihan), Seiketsu (penjagaan kondisi yang mantap), dan Shitsuke (penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik). Lagi-lagi untuk menciptakan tenaga kerja yang mempunyai kompetensi.

Acara perpisahan dengan 2 Bapak Tentara
Acara perpisahan dengan 2 Bapak Tentara
Pelatihan dimulai dari pukul 07.30 sampai 02.00 dari hari senin hingga jumat. Namun pada hari jumat kami mulai dengan apel pagi untuk menyimak arahan dari pihak BLK dan dilanjutkan dengan senam bersama dari semua jurusan.

Senam bersama saat hari jumat
Senam bersama saat hari jumat
Pada awal kursus menjahit, kami diminta untuk terlebih dahulu pandai mengayunkan roda mesin jahit. Lalu berlatih jahit di atas kertas tanpa adanya benang. Bagi saya yang sudah tahu mengayunkan roda mesin, tentu membosankan. Pelatihan mulai menegangkan ketika belajar mengambil ukuran badan dan membuat pola. Cemas sekali rasanya mengambil ukuran badan teman. Takut kekecilan atau kebesaran.

Mengambar pola skala 1:4
Mengambar pola skala 1:4
Instruktur kami yaitu Ibu Loisa Kambu. Beliau adalah putri asli Papua. Saya yang belum pernah melihat orang asli Papua yang pandai menjahit sebelumnya, seketika terkesima. Beliau mengajari kami membuat 3 rok dan 2 blus selama pelatihan di BLK. Banyak sekali teknik yang diajarkan. 

Ternyata untuk pemula seperti kami, setelah mengambil ukuran, perlu membuat pola dengan skala 1/4 pada buku kostum. Kalau gambarnya sudah benar, maka dilanjutkan pada kertas kopi atau kertas yang lebih besar. Kemudian diajarkan juga bagaimana meletakkan pola di atas kain, menguntingnya, menyambung, dan sum bagian bawah. Intinya, semua di ajarkan sampai jadi rok dan blus.

Ibu Loisa sedang memeriksa hasil jahitan
Ibu Loisa sedang memeriksa hasil jahitan
Suasana kelas nyaman (full ac)
Suasana kelas nyaman (full ac)
Saat senggang kami mengambil gambar
Saat senggang kami mengambil gambar
Setelah 2 bulan belajar di BLK. Para peserta pelatihan di wajibkan mengikuti OTJ (on the job training) atau magang selama sebulan di penjahit-penjahit yang ada di kota Sorong. Perwakilan dari BLK yang mengantar kami ke si empunya usaha. Jadi ilmu dan pengalaman kami bertambah lagi di tempat magang. (saya tidak memiliki gambar saat magang karena terhapus).

Saya sedang menjahit
Saya sedang menjahit
3 rok hasil jahitan saya
3 rok hasil jahitan saya
Hasil jahitan saya untuk acara perpisahan (saya dan anak)
Hasil jahitan saya untuk acara perpisahan (saya dan anak)
Pihak BLK tidak hanya memberikan kami ilmu tentang menjahit. Kami juga diberi makan siang, seragam, alat tulis, tas, modul menjahit dan alat jahit seperti mistar panggul, meteran, kapur jahit, pentul, dan skala. Bahkan kami diberi biaya transport Rp 15.000,- per hari yang dirapelkan sebulan. Tidak sampai di situ saja, pada hari penutupan kami diberi sertifikat yang ditandatangi langsung oleh kepala BLK Sorong.

Salah satu seragam yang diberikan
Salah satu seragam yang diberikan
Sisa barang-barang dari BLK
Sisa barang-barang dari BLK
Sertifikat Saya
Sertifikat Saya
Maka nikmat manakah yang didustakan? Saya rasa pemerintah, terlebih Kemnaker sangat memanjakan masyarakat yang benar-benar mau bekerja. Mau berusaha. Mau mengubah nasibnya. Kalau ada yang bilang banyak pengangguran dimana-mana karena bagian Kemnaker yang tidak maksimal kinerjanya, saya rasa itu salah besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun