Sebab, jika tetangga dengan ucapan yang seenak jidatnya terus-menerus dibiarkan dan kita hanya cuek-cuek saja – memang harusnya dicuekin – takutnya, tetangga menyebalkan itu tidak merasa bersalah dengan segala ucapan dan perilakunya. Kita harus bijak dalam menyikapinya, karena tidak menutup kemungkinan tetangga menyebalkan akan kena batunya dengan sendirinya, entah dengan cara apa.
Jika pada akhirnya tetangga menyebalkan terus-menerus mengeluarkan ucapan dan tindakan yang tidak mengenakkan hati, langkah terakhirnya adalah jaga jarak. Jika kita cuek dan tidak ada perubahan, jaga jarak menjadi pamungkasnya. Dengan menjaga jarak dengan tetangga menyebalkan, sedikit banyak bisa mengurangi inteaksi kita dengan tetangga yang menyebalkan. Bisa sedikit banyak pula terhindar dari sumpah-serapah, omongan-omongan yang tidak enak.
Dan langkah paling bijaknya adalah kita membalas ucapan dan perilaku buruk tetangga kita – setelah menjaga jarak – dengan kebaikan. Jika kita terus memperlakukan tetangga yang menyebalkan dengan baik, dengan apik, dengan bijak, tidak menutup kemungkinan pula tetangga kita yang menyebalkan akan luluh hatinya dan akan mengubah perilakunya.
Kita harus tenang dalam menghadapi tetangga yang menyebalkan dan tentu dengan langkah-langkah yang bijak pula. Kemarahan hanya akan reda dengan kebaikan. Balas ucapan dan perilaku tetangga kita dengan kebaikan, dengan kemurahan agar kelas besar harapan tetangga kita yang menyebalkan dapat tersadarkan dan dapat menjadi tetangga yang menyenangkan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H