Mohon tunggu...
Gatot Prakoso
Gatot Prakoso Mohon Tunggu... karyawan swasta -

mencoba terus menulis, menyibukkan jemari sebagai "printer" yang berkualitas, yang bisa mencetak hasil-hasil yang berguna...

Selanjutnya

Tutup

Money

Ibu Boleh Pergi… Tapi Jangan Terlalu Lama… (See You Soon SMI)

6 Mei 2010   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:23 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebuah kabar menyesakkan harus diterima kembali oleh (sebagian) rakyat Indonesia. Rabu pagi, kabar di media, baik televisi maupun internet ramai membicarakan tentang Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati. Media sibuk memberitakan isu (saat itu masih dianggap isu) tentang mundurnya SMI dari posisi Menteri Keuangan, tentu dengan masing-masing versi mereka. Media yang kontra dengan SMI sedari awal menyatakan bahwa SMI melamar sebagai salah satu Managing Director di World Bank dan tentu saja ini bagian dari skenarionya untuk menghindar dari kejaran KPK. Media yang cukup netral memberitakan bahwa Bank Dunia MENUNJUK SMI sebagai salah satu Managing Director.
Sebagai salah satu pendukung SMI, berita itu cukup membuat saya kaget, terpukul dan sempat tidak tahu harus berbuat apa. Keputus asaan tentang kepergian SMI yang terasa sangat mendadak meski untuk menduduki posisi yang sangat prestisius tersebut benar-benar membuat saya sempat terhempas. Sandiwara politik yang diperagakan oleh para politisi, lengkap dengan caci maki dan mulut manis berbau busuk yang senantiasa meneriakkan hasutan untuk menghempaskan SMI seolah menemui hasilnya, dan sejujurnya, hati kecil saya tidak rela. Sedemikian parahkan bangsa ini Tuhan, hingga Engkau biarkan setan-setan durjana itu tertawa? Saat itu, hati saya sesaat menggugat kebijakan Tuhan terhadap negeri ini.
Sebuah pertanyaan timbul di hati saya: adakah figur ekonom yang akan cukup mampu setidaknya menapak tilasi kebijakan SMI? Andai tidak ada yang sepadan, minimal adakah yang cukup mampu untuk meneruskan rintisan SMI, yang justru ketika sedang menapaki keberhasilan malah menuai caci maki di negeri sendiri?
Caci maki dan penistaan citra diri yang dilakukan secara sistematis dengan memanfaatkan setiap celah yang ada–bahkan mencoba menciptakan celah, walau kemudian tampak terlihat konyol- telah secara perlahan tapi pasti menggiring opini rakyat untuk menjadi salah satu hakim dalam “kasus” yang diciptakan oleh para pembenci SMI. Rakyat seolah lupa-dan sengaja dibutakan- bahwa SMI adalah figur penting dibalik membaiknya perekonomian Indonesia saat ini. Dengan kesengajaan, bahkan seseorang dengan “label” jurnalis pun sudah tak segan menggiring opini pembicara dan narasumber untuk kemudian membuat sebuah statement yang pada akhirnya berujung pada pencitraan negatif tentang SMI.
Haruskah perjuangan melawan pembodohan “sistemik” (meminjam istilah ibu SMI tentang dampak Century) yang dikampanyekan oleh aktor-aktor politik-yang sejujurnya aktingnya sama sekali tidak meyakinkan dan semakin lama semakin nampak kenaifannya-berakhir dengan berpindahnya lahan perjuangan seorang SMI?
Ditengah kekalutan, kebingungan dan kepanikan akan kondisi ini, hati saya teringat oleh seorang rekan senior yang lebih pantas saya sebut sebagai mentor saya. Beliau adalah salah satu senior dibidang ekonomi yang sangat membantu meng”up-grade” pengetahuan tentang ekonomi. Menanggapi “curhatan” saya, beliau mengatakan: Indonesia kehilangan figur besar yang belum ada tandingannya di tanah air. Beliau memiliki gabungan dari 4 aspek penting yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin yaitu: intelligence (kepandaian), intergrity (intergritas), expertise (keahlian) dan exposure (kemampuan mengakses banyak hal dan banyak kalangan). Hingga saat ini, tidak ada satu figurpun yang memiliki kekomplitan personality seperti figur SMI.
Untung saja, diakhir kalimatnya beliau menambahkan; perjuangan tidak berhenti di sini. Sekian tahun kedepan, SMI akan kembali ketanah air dengan kemampuan yang lebih hebat dari sekarang. Apa yang dialami SMI saat ini adalah jalan yang sudah disiapkan oleh Tuhan buat SMI dan bangsa ini.
Sebuah nasehat yang sangat menyejukkan buat saya, dan mungkin buat yang akan membaca tulisan ini nantinya. Seketika saya sadar, Tuhan tidak pernah salah, dan apa yang sedang terjadi pada bangsa ini dan SMI adalah bagian dari skenario besar-Nya. Wallahi…saya tidak tahu seperti apakah Indonesia ketika SMI kembali nantinya, tapi sungguh didalam hati kecil saya, saya berharap bawa SMI akan kembali ke Indonesia, dengan segala “kesempurnaan”nya sebagai seorang pemimpin.
Sungguh sulit mencari seseorang yang mampu bekerja keras dengan pikiran dan hati. Sebuah kombinasi yang makin langka di negeri ini.

Indonesia membutuhkan engkau Ibu…janganlah pergi terlalu lama…

Jakarta, 6 Mei 2010
With all respect
Al_gasst

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun