Kasus Covid-19 mau tidak mau pasti memengaruhi kehidupan masyarakat dunia. Semenjak menyebarnya virus ini ke berbagai belahan dunia, kebijakan lockdown, social distancing, gerakan #dirumahaja, dan lain sebagainya mulai diterapkan, tujuan tidak lain agar virus ini tidak semakin menyebar. Untuk menghadapi pandemi ini dibutuhkan kerjasama banyak pihak tidak hanya pemerintah, tenaga medis, dan sekelompok orang saja. Keluarga juga mempunyai andil yang besar untuk turut serta membantu menangani pandemi ini. Tanpa disadari oleh banyak orang, dibalik dampaknya yang sangat besar bagi tatanan kehidupan masyarakat, munculnya virus ini juga mendatangkan peluang dan hikmah terutama bagi masing-masing keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dalam satu tempat tinggal. Masing-masing keluarga memiliki fungsi dan peran dalam menghadapi pandemi ini, jika fungsi dan peran tersebut dapat berjalan dengan baik dan optimal maka dapat melahirkan masyarakat yang kuat. Tetapi jika fungsi tersebut berjalan sebaliknya maka akan memunculkan masyarakat yang lemah dan tidak bisa bertahan dengan kondisi sebagaimana saat ini.
Kondisi kesehatan masyarakat yang terancam karena Covid-19 pasti akan berdampak terhadap berbagai macam sektor, seperti ekonomi, pariwisata, perdagangan, dan perindustrian. Sudah barang tentu ketahanan keluarga sangat diperlukan untuk menghadapi situasi saat ini sehingga tidak menimbulkan panic buying yang berlebihan. Setiap anggota keluarga harus saling bekerja sama dalam mengelola sumber daya fisik atau non fisik dan bekerja sama dalam mengelola masalah yang dihadapi. Berikut beberapa ketahanan keluarga yang dibutuhkan dalam menghadapi pandemi yang sedang berlangsung pasa saat ini.
1. Ketahanan Fisik
Wujud ketahanan fisik dalam keluarga adalah saling mengamankan dan melindungi satu sama lain. Kondisi keuangan yang menipis karena akibat yang ditimbulkan dari pandemi ini membuat semua anggota keluarga memanfaatkan uang yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.Â
Controling terutama dari orang tua akan lebih ketat dari biasanya, mereka tidak akan membiarkan anak-anak mereka menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang-barang yang benar-benar tidak dibutuhkan. Hal ini didukung dengan pembelajaran di sekolah dan kampus yang dilaksanakan dengan sistem daring, sehingga anak-anak tidak mengeluarkan uang transportasi, uang jajan, dan segala macam kebutuhan sebagaimana pada kondisi normal.
2. Ketahanan Sosial
Kebijakan social distancing yang dikeluarkan oleh pemerintah membuat setiap orang menjadi lebih perhatian kepada orang lain. Masyarakat mulai saling mengingatkan untuk menjauhi kerumunan, menjaga jarak satu sampai dua meter, dan bekerja dari rumah, yang mana perhatian ini ditunjukkan melalui media sosial, media cetak, ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun dengan keluarga, masing-masing anggota keluarga akan menjaga anggota yang lain agar tetap di rumah saja. Selain untuk menjaga kesehatan agar tidak tertular Covid 19 atau bahkan menularkan kepada orang lain, usaha-usaha seperti ini juga untuk menghindari cemoohan orang-orang di sekitar rumah.
3. Ketahanan Psikologis
Tanpa disadari, munculnya pandemi yang luar biasa ini telah membawa hikmah bagi kehidupan berkeluarga. Harmonisasi lebih mudah tercipta karena masing-masing anggota keluarga lebih banyak menghabiskan waktu bersama di dalam rumah, sehingga mampu membangun komunikasi yang baik lalu timbullah kerja sama untuk menghadapi situasi saat ini. Orang tua tertuntut untuk menjadi guru karena mau tidak mau mereka harus mengawasi dan menemani anak-anaknya belajar di rumah. Baik orang tua maupun anak juga berpikir lebih kratif dan inovatif lagi agar mereka tidak stres karena terlalu lama harus mengurung diri di dalam rumah. Seperti contoh mengajak anak untuk membuat menu masakan setiap harinya bahkan mengajak anak-anak mereka memasak, berbagi tugas menyapu, cuci baju, mengepel, dan lain sebagainya. Kedekatan antara orang tua dan anak sedikit demi sedikit mulai terbangun karena mereka ditemukan kembali dalam hal fisik.
4. Ketahanan Spiritual
Munculnya Covid 19 banyak mengajarkan bahwa materi bukanlah segalanya. Tidak sedikit yang pelan-pelan mulai meningkatkan kualitas ibadah diwujudkan dengan sholat lima waktu berjamaah, lebih banyak waktu untuk membaca Al-Qur'an, mendengarkan pegajian secara online, dan kegiatan-kegiatan lain yang tujuannya adalah untuk meningkatkan spiritualitas. Pandemi ini telah memberikan pelajaran bahwa keluarga tidak bisa digantikan oleh apapun dan lembaga manapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H