Mohon tunggu...
Seribu Bulan
Seribu Bulan Mohon Tunggu... Dosen - Study every time and everywhere

Menulis untuk menghiasi diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Resolusi Konflik: Membumikan Subtansi Islam Rahmatan Lil 'Alamin sebagai Jalan Tengah Penyelesaian Konflik Internasional

18 April 2020   05:57 Diperbarui: 18 April 2020   05:59 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai Islam Indonesia maka tidak akan lepas dari organisasi masyarakat (ormas) Islam yang mempunyai pengikut terbanyak, yaitu Nahdlotul Ulama (NU). Organisasi yang lahir pada tahun 1926 dan didirikan oleh Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari, sang maha guru yang tidak perlu diragukan lagi kualitas keimuwannya. Organisasi yang berhasil mencetak kader-kader berkualitas dan memiliki rasa toleransi tinggi terhadap sesama tanpa memandang agama, budaya, ras, dan etnis.

Kiprah NU semakin dibutuhkan dalam kancah internasional, khususnya untuk menyelesaikan pertikaian dan membangun perdamaian. Peran tersebut semakin terasa karena dengan terus dikampanyekannya Islam Nusantara diberbagai negara. Islam Nusantara yang diusung oleh NU adalah model ber-Islam dengan gaya yang sangat ramah, sehingga NU dipercaya mampu membawa Islam sebagai solusi perdamaian dunia.

Beberapa bukti bahwa NU memiliki kiprah dalam membangun perdamaian dunia adalah NU diminta mendamaikan golongan Sunni dan Syiah di Iraq yang terus bertikai, NU telah mendamaikan dua kelompok yang telah 40 tahun berperang di Afghanistan, ulama Malaysia mendirikan organisasi bernama Pertumbuhan Nahdlatul Ulama karena resah atas gerakan Wahabi yang merusak persaudaraan muslim dan sebagai wujud kagum atas model Islam Nusantara yang digaungkan oleh NU. Selain itu NU juga membantu perdamaian di Uighur China, membantu perdamaian di Filipina yang pernah diserang teroris ISIS, dan turut serta dalam perdamaian kasus Thailand Selatan dan kasus Rohingnya di Myanmar.[3]

Islam Nusantara adalah Islam ahlus sunnah wal jamaah yang diamalkan, didakwahkan, dan dikembangkan sesuai karakteristik masyarakat dan budaya Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan oleh KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum Pengrurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)  dalam Penutupan Munas dan Konbes NU 2019.  Bahwa di hulu, Islam Nusantara adalah Islam yang menghormati budaya yang ada selama budaya tersebut tidak bertentang dengan syari’at Islam. Di hilir, Islam Nusantara memiliki konsep hubbul wathon minal iman, cinta tanah air adalah bagian dari iman.

Model beragama yang sangat luwes dan tidak kaku seperti inilah yang menyebabkan Islam Nusantara lebih diterima di dunia internasional. Islam yang menerima perbedaan dan tidak gampang menyalahkan apalagi mengafirkan orang lain. Kendati demikian bukan berarti Islam Nusantara itu sembrono dalam menerapkan syari’at Islam. Islam Nusantara tetap mempunyai batasan-batasan dalam menerima budaya yang berkembang di masyarakat.

Tujuan NU menggaungkan Islam Nusantara adalah untuk mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk mengingat kembali kedinamisan, kemajemukan, dan keindahan yang muncul dari pertemuan sejarah antara ajaran Islam dan relitas budaya lokal di seluruh dunia yang telah melahirkan beragam beradaban besar. Islam Nusantara bisa menjadi acuan dalam menjaga peradaban dan perdamaian. Belajar dari negara Afghanistan, Etiopia, Irak, Somalia, dan beberapa negara lain yang sebelumnya memiliki peradaban Islam yang sangat kuat tetapi sekarang hancur karena konflik.

NU mempunyai karater beragama dan bermasyarakat yang dinamis dan akomodatif, yaitu: tawassuth-i’tidal, tasamuh, tawazun, dan amar ma’ruf nahi munkar. Tawassuth dan i’tidal adalah sikap teguh pendirian pada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah masyarakat. NU dengan sikap ini akan menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus serta menghindari pendekatan yang sifatnya tathorruf (ekstrimis). Tasamuh adalah toleransi terhadap perbedaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau masalah khilafiyah, masalah kemasyarakatan, serta masalah kebudayaan. Tawazun adalah sikap seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil aqli yang bersumber dari akal pikiran dan dalil naqli yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist. Terakhir adalah Amar ma’ruf nahi munkar, yaitu selalu memiliki kepekaan dalam mendorong perbuatan baik dan mencegah semua segala sesuatu yang dapat merendahkan nilai-nilai Islam.[4]

NU dengan sumber daya dan prinsip-prinsup yang dimilikinya sangat berpotensi untuk berpastisipasi aktif dalam perdamaian dunia di era global saat ini. NU yang mengembangkan nilai-nilai moderatisme dan mengusung Islam rahmatan lil ‘alamin sebagaimana ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw melalui Wali Songo ke bumi Nusantara terbukti telah berhasil membawa kemashlahatan umat Islam. Strategi dakwah Wali Songo yang sangat arif dan bijaksana terbukti telah memberikan spektrum yang lebih indah dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia.[5]

 Di era modern saat ini NU harus hadir di tengah masyarakat Internasional dan memberikan warna di setiap sudut kehidupan. Nilai-nilai yang dibawa Wali Songo harus terus dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari dan disebarluaskan kepada masyarakat dunia. NU harus mampu menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk terus mengamalkan model Islam yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin. 

Referensi:

Esha, Muhammad In’am. Peran Strategis Nahdlatul Ulama di Era Kenusantraan-Global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun