Pasca penandatangan MOU, para pemain sepak bola dari klub ISL, baik yang tergabung dalam APPI maupun yang tidak, seharusnya berani melakukan tindakan untuk menentang pembentukan timnas oleh kubu KPSI. Para pemain dari klub ISL seharusnya berani menolak pemanggilan tersebut. Karena di dalam MOU sudah tercamtum jelas posisi pihak-pihak yang terlibat konflik tersebut dimata AFC dan FIFA. Tetapi apa yang terjadi? Mereka tidak berani menentang klub yang melarang pemanggilan mereka untuk bergabung dengan timnas yang dibentuk oleh PSSI yang diakui AFC/FIFA. Mereka tetap bergabung dengan timnas bentukan KPSI karena klubnya sekarang bernaung dibawah KPSI. Timnas yang tidak bisa bertanding dengan timnas negara lain.
Apakah bergabungnya mereka kedalam timnas KPSI karena mereka tidak faham dengan isi MOU yang ditulis menggunakan bahasa Inggris? Atau mereka hanya sekedar korban dari rasa takut yang berlebihan akan kehilangan periuk nasi mereka dengan berlindung dibalik kata profesionalisme? Sungguh kasihan sekali kalau benar demikian.
Kalau mereka tidak faham dengan isi MOU yang tertulis dalam bahasa Inggris seharusnya mereka bertanya kepada agen mereka atau kepada orang-orang yang benar faham isi MOU tersebut, tanpa ada plintiran-plintiran. Kalau mereka takut kehilangan periuk nasi, gara-gara bergabung dengan timnas bentukan PSSI, maaf saja kalau saya sebut mereka kurang pintar. Dengan dipanggilnya mereka kedalam timnas yang dibentuk oleh PSSI yang diakui AFC/FIFA, menunjukkan bahwa mereka dianggap mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan pemain lainnya. Jadi, mereka sebenarnya tidak perlu takut kehilangan mata pencaharian mereka karena pasti akan banyak klub yang membutuhkan tenaga dan kemampuan mereka. Seharusnya mereka tahu dan sadar bahwa para pemain sepak bola adalah aset yang berharga bagi setiap klub sepak bola. Sehingga banyak klub sepak bola yang berani mengontrak pemain dengan harga yang tinggi. Diharapkan dengan mengontrak pemain yang berkualitas akan mendapatkan banyak keuntungan, diantaranya adalah pemasukan klub bertambah. Dengan hadirnya pemain yang bagus klub berharap suporter klub akan datang berduyun-duyun ke stadion untuk menyaksikan dan mendukung pemain pujaan dan klub kesayangannya berlaga. Jumlah supporter yang banyak diharapkan juga menarik minat sponsor untuk bekerja sama dengan klub tersebut, sehingga klub mendapat tambahan pemasukan dari sponsorship. Dengan alasan diatas sebenarnya pemain mempunyai posisi tawar yang cukup kuat terhadap klub. Tetapi apa yang terjadi sungguh aneh Pemain-pemain ISL seolah-olah tidak punya kekuatan untuk berhadapan dengan klub.
Akan tetapi, dengan adanya penolakan pemain-pemain klub ISL untuk bergabung, ada hikmah yang bisa kita lihat, yaitu munculnya pesepakbola-pesepakbola muda yang kualitas bahkan ada yang lebih baik, yang selama ini luput dari pemantauan.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua dan pecinta sepak bola Indonesia untuk bisa mengatakan yg benar itu benar dan yang salah itu salah. Amiiiinnn.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H