Mohon tunggu...
Alfrizha Sofyanti Azzahra
Alfrizha Sofyanti Azzahra Mohon Tunggu... Lainnya - Community Development

Seorang community development yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat yang menyukai dunia literasi dan pengembangan karya kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dibuai Kekuasaan, Pemimpin Hilang Profesionalitas

18 Januari 2025   15:05 Diperbarui: 18 Januari 2025   15:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber:  Depositphotos/sakkmesterke)

Stigma Sosial: Individu yang direkrut melalui cara-cara tidak sah sering kali menghadapi stigma dari rekan kerja.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada langkah-langkah tegas yang diambil oleh organisasi. Di antaranya:

  • Kebijakan Perekrutan Transparan: Organisasi harus menerapkan proses seleksi yang terbuka dan adil.
  • Peningkatan Pengawasan: Mekanisme pengawasan internal harus diperkuat untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

  • Sanksi Tegas: Pelaku penyalahgunaan kekuasaan harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

"Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci untuk memastikan bahwa proses perekrutan berjalan dengan adil,"

tulis Daniel Kahneman dalam bukunya Thinking, Fast and Slow. Hal ini tentu membantu membangun budaya organisasi yang sehat.

Edukasi tentang pentingnya integritas dalam proses perekrutan harus ditingkatkan, baik di tingkat individu maupun organisasi. Bukan karena seoarang pemimpin dengan seenaknya rekrut pekerja sesuai dengan keinginan pribadi, tapi harus sesuai klasifikasi kebutuhan. Pelamar kerja juga perlu diberdayakan untuk melaporkan jika menghadapi tekanan atau ketidakadilan dalam proses seleksi.

"Kesadaran kolektif tentang pentingnya etika dalam perekrutan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik," 

tulis Joan Acker dalam Doing Comparable Worth: Gender, Class, and Pay Equity. 

Penyalahgunaan kekuasaan dalam perekrutan merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian semua pihak. Dengan meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kesadaran, mampu menciptakan proses perekrutan yang lebih adil dan etis. Sudah saatnya kita bersama-sama mengambil tindakan untuk menghentikan praktik yang merugikan ini. Merugikan pelamar, anggota divisi/department, bahkan organisasi tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun