Dalam menyambut hari wanita internasional pada 8 Maret nanti, artikel ini ditulis untuk melirik kembali seperti apa seharusnya seorang wanita agar dapat dihormati dan dihargai sebagai seorang yang memiliki derajat yang tinggi. Hari wanita diperingati untuk memproklamirkan bahwa wanita berhak atas seluruh pekerjaan yang dilakukan pria dan berada di titik derajat yang sama. Namun, tetap saja wanita tidak cukup pantas mengerjakan sepenuhnya dari apa yang dikerjakan pria. Mengapa?
Pertama, tanpa harus ada hari wanita, di dalam ajaran agama pun wanita sudah ditinggikan derajatnya. Kedua, kekuatan wanita yang tidak cukup kuat melakukan pekerjaan pria. Ketiga, psikologis wanita lemah untuk melakukan pekerjaan pria. Keempat, kejahatan terhadap wanita sangat mungkin dialami setiap waktunya.
Namun, keempat alasan diatas bukan suatu halangan untuk membuat wanita melakukan pekerjaan pria seperti mengais rejeki. Memang dalam agama, pria diamanatkan lebih untuk menafkahi, memimpin, dan melindungi wanita dan keluarganya. Namun, ada hal-hal yang membuat wanita mampu mengerjakan amanat yang diberikan kepada kaum pria atau sebagai penyokong dari suaminya. Apa saja?
Pertama, ketika suaminya berpenghasilan rendah, wanita dapat membantu mengais rejeki tambahan untuk keluarganya. Kedua, ketika suaminya sudah meninggal, wanita akan menjadi tulang punggung untuk keluarganya dan menjadi pemimpin dalam keluarganya.
Hal-hal tersebutlah yang membuat wanita harus berpendidikan tinggi untuk dapat membantu suaminya saat kesusahan. Pendidikan tinggi untuk wanita juga diperlukan untuk mengajari anak-anaknya untuk menjadi seorang yang lebih baik dan sukses kelak. Dalam hal ini, wanita berpendidikan tinggi untuk emansipasi, yaitu mencerminkan wanita yang cerdas dan dapat mensejahterakan keluarganya dengan ilmunya.
Oleh karena itu, jangan berpandangan bahwa wanita tidak perlu berpendidikan tinggi karena pasti akan hanya bekerja di dapur saja. Namun, karena pendidikan tinggi itulah yang mampu membantu suaminya ketika kesusahan, mampu memotivasi suaminya ketika putus asa, mampu menggantikan posisi suaminya dalam mencari nafkah ketika suaminya wafat, mampu mendidik anak-anaknya menjadi penerus bangsa dan agama, dan mampu mencerminkan tingginya derajat wanita dalam agamanya. Karena dibalik pria sukses, ada wanita hebat dibelakangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H