Mohon tunggu...
alfred tuname
alfred tuname Mohon Tunggu... -

Menulis bagiku adalah sejenak berhenti pada sebuah pendakian. Melihat kembali capaian-capaian pada rentang yang telah dilalui. Banyak kisah yang sudah terjadi membentuk rangkaian sejarah. Sejarah memberi tumpuan anak tangga berikutnya untuk pendakian lebih lanjut. Di sana terdapat pelajaran, juga kritikan untuk tumpuan yang retak. Dan kata adalah roh dalam penubuhan pencapaian sejarah yang tak bertitik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

“Ringan Teman”

18 Mei 2010   13:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:08 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman tiba dalam waktu yang tak pernah diduga. Waktu tak pernah memberi tahu bahwa saat itu akan terjadi (to be) dan pernah terjadi (happened). Kejadian itu terus menjadi cerita dalam rentang yang mungkin sudah diduga. Dugaan itu tidak pasti dalam kuantifikasi waktu yang tepat, hanya pada kisaran datang dan akan pergi lagi. Seperti hidup, ada yang lahir dan ada yang harus kembali. Hari-hari menjadi berarti dalam setiap keping pertemuan dan sentuhan yang berlangsung alami. Itu tidak terencana meski ada yang meyakini bahwa semua dalam rencana. Seorang stoic akan mengatakan semua itu adalah terencana. Entah siapa yang merencanakan semua itu. Mungkin, ia adalah perencana yang ulung, sesuatu yang imanen sekaligus transeden. Dalam satu kalimant: tak ada yang kebetulan.

Jika teman itu ada, ia sudah ada hic et nunc. Ada dalam hari-hari selama kehidupan hari ini ada. Teman manjadi dekat dan intim dalam setiap bahasa yang terjadi. Bahasa lisan dan sentuhan. Cerita dan canda melekat bersama bahasa itu. Cerita dan canda menjadi spasi dalam setiap rangkaian kalimat pertemuan dan keakraban. Itulah persahabatan. Friendship. Sering kali persahabatan lebih dari famili, meski famili tak pernah tergantikan. Ia lekat dan kuat. Jika seorang datang atas nama persahabatan, maka musuh sahabatku adalah musuhku juga. Don Vito Corleone, dalam Godfather pernah mengatakan itu. Mungkin itu juga benar. Tetapi, bersahabat dengan seseorang dan bersahabat dengan musuhnya mungkin lebih baik untuk menciptakan persahabatan tanpa permusuhan. We eradicate enemies by make friendship with them.

Teman ada untuk melepaskan perangkap kesendirian dan keterasingan. Kesendirian yang kadang tidak disertakan dengan ketenangan pikiran dan jiwa. Atau keterasingan yang datang bersamaan dengan kebutuan pikiran dan rasa takut. Entah takut terhadap apa/siapa. Untuk melepaskan diri dari perangkap perang dingin (cold war), Amerika Serikat dan Uni Soviet pernah bersatu dalam kalimat keakraban, "let us live in peace and friendship". Persahabatan membuat hidup menjadi damai. Dalam setiap interaksinya, kadang teman sangat mengerti apa yang terjadi pada temannya. Tindakan dan perasaan saling terkoneksi dan terinduksi satu sama lain. Saat inilah, sahabat seperti kepompong yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Ia mengubah perasaan "merayap" menjadi lepas babas dan terbang.

Seperti biasa, hari-hari adalah tarian yang indah bersamamu, teman. Entah kau ada di sini atau pun kau ada di sana. Kau terwujud di sini atau berbayang dalam mainan pikiran. Jauh pun dekat. Kebersamaan adalah waktu yang indah. Ada bagian rasa yang bersaling menyentuh dalam fusi dan kohesi. Pikiran dan keluhan adalah saluran rasa itu untuk melebur ego yang membeku. Saat itu sahabat bukan saja sebagai penghibur tetapi peneguh. Dan sahabat menjadi hadiah terindah dari kehidupan. Hadiah sebab sahabat dan indah sebab persahabatan. Sesuatu yang indah membuat orang semakin mencintai hidup.

Semakin hari kisah selalu berbeda. Kisah yang terkurung rentang dalam putaran detik-detik waktu dalam kotaknya yang congkak. Waktu mengatur kondisi. Meksi kesempatan berkisah tak mesti harus dibungkus dalam bingkai kondisi. Dan jadilah seperti ini. Pusaran musim membuat persahabatan tidak harus melawan ombak bersama-sama. Kadang ada yang harus berteduh untuk mengatur langkahnya sendiri. Itu bukan untuk berpisah, tapi untuk menyemburkan lahar kerinduan pada momen yang berjarak. Dan sahabat tetap menjadi liontin bermutiara dalam rantai kehidupan. Mutiara yang abadi untuk kehidupan, bukan bayangan dalam terik yang menghilang saat berteduh.

So, are you my friend? This an offer you shouldn't refuse.

Djogja, 12 Mei 2010

Alfred Tuname

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun