Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Sastra dengan kepribadian dari Perspektif Filsafat

21 Mei 2022   17:20 Diperbarui: 21 Mei 2022   17:22 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sastra dari akar katanya berasal dari kata sas dan tra. Akar kata sas- berarti mendidik, mengajar, memberikan instruksi, sedangkan tra merujuk pada alat. Jadi secara etimologi sastra dapat kita pahami sebagai alat untuk mengajar atau alat untuk memberi petunjuk. Dan dalam KBBI diartikan sebagai karya tulis yang memiliki ciri keunggulan seperti keaslian, kearistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Ragam sastra pada umumnya berbentuk Roman, cerpen, drama, epik, puisi, lirik dan sebagainya. Sebelum memasuki keterkaitan antara sastra dan kepribadian/karakter ada baiknya kita memahami terlebih dahulu pengertian karakter. Menurut Wynne seperti yang dikuit oleh Tri Septiana dalam jurnal "implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa dan sastra". karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dengan kata lain, istilah karakter ini sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang, dimana seseorang bisa dikatakan orang yang berkarakter jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang berlaku. Sedangkan menurut Mark Rutland kata karakter sama artinya dengan "dipahat". Dia menambahkan bahwa pada dasarnya karakter itu dapat dibentuk "dipahat" sejak dini sehingga orang memiliki kualitas mental, moral, dan budi pekerti yang sesuai dengan norma. Setelah memahami pengertian sastra dan kepribadian. Kini kita harus mengenal sedikit pengertian filsafat. Filsafat secara singkat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Menurut bentuk katanya philosophos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Manusia yang mengasihi kebijaksanaan berarti mencari kebijaksanaan itu serta mengejarnya. Tetapi tugas kita tidak akan pernah selesai. Sebab dalam filsafat Kebijaksanaan tidak akan pernah menjadi milik secara komplit dan definitif. Maka orang Yunani memilih nama filsafat atau filsuf. Orang yang bijaksana dia adalah orang yang rendah hati. Sebab dia memahami bahwa dia tidak tahu dan untuk itu harus belajar dan terus belajar sampai akhir hayatnya dan tidak pernah merasa bangga akan apa yang sudah dimiliki. Dalam hal ini sokrates mengatakan " saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa". Sokrates pada zamannya dikatakan sebagai orang yang bijaksana. Ketika kaum sofis menganggap dirinya bijaksana sokrates justru mengatakan bahwa dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Orang yang intelek sebenarnya tidak sadar bahwa dia intelek, jika ia sadar bahwa dia intelek maka sesungguhnya dia bukan intelek karena validasi intelek diberikan oleh orang lain bukan dirinya sendiri, kata Imam Alghazali tokoh muslim terkemuka pada zamannya. Bagi orang Yunani filsafat bukanlah suatu ilmu di samping ilmu-ilmu yang lain, melainkan meliputi segala pengetahuan ilmiah. Hubungan sastra dengan kepribadian dari perspektif filsafat. Menurut buku sejarah filsafat Yunani yang ditulis oleh Prof.Dr Bertens. Sastra Yunani sebagai faktor persiapan yang mempengaruhi lahirnya filsafat. Saya sempat sharing dengan saudari Angel bertalian sastra dengan filsafat. Dalam diskusi kecil waktu itu Angel mengatakan bahwa filsafat dan sastra ada kemiripan karena keduanya merupakan refleksi pengarang atas keberadaan manusia. kalau sastra mungkin refleksi evaluitif sedangkan filsafat adalah refleksi kritis. Apa yang diungkapkan filsafat adalah catatan kritis yang awal dan akhirnya ditandai dengan pertanyaan yang radikal tentang pelbagai hal. Mengapa sastra boleh dikatakan dapat membentuk kepribadian. Seperti yang sudah kita ketahui. Filsafat menurut bentuk katanya berasal dari bahasa Yunani Philosophia dan philosophos. Seorang philosophos adalah seorang yang mencintai kebijaksanaan. Orang yang selalu berusaha untuk mencari dan menemukan kebijaksanaan yang esensi. Kebijaksanaan yang substansial. Salah seorang filsuf besar berusaha mencari kebijaksanaan dengan selalu bertanya. Bertanya sampai pada akar-akarnya untuk mencari yang essensi. Singkat kata orang harus mempunyai pemikiran yang kritis terhadap segala sesuatu. Tidak mudah percaya pada segala hal sebelum divalidasi kebenarannya. Sastra dapat membentuk kepribadian sebab jika kita melihat dari akar katanya seperti yang saya sampaikan di awal tadi bahwa sastra yang dalam bahasa sansekertanya berasal dari kata sas yang berarti mendidik, mengajar, dan memberi instruksi sedangkan tra sesuatu yang merujuk pada alat. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sastra adalah alat untuk mendidik atau mengajar. Yang dikemas sedemikian rupa dengan gaya bahasa yang indah dan menarik sehingga orang tertarik untuk mengenal dan mempelajarinya. Ragam sastra yang dimaksud dalam topik kali ini yaitu puisi dan cerpen. Jadi melalui karya sastra berupa puisi atau cerpen kita dapat menjadi media mendidik namun dengan cara yang uni dan menyenangkan. Dengan tujuan agar anak bangsa Indonesia memiliki karakter yang positif, budi pekerti dan mempunyai kualitas mental yang baik. pertama-tama sebagai mahasiswa dan orang muda kita perlu membangun kesadaran akan keberagaman dan keunikan bangsa kita, menanamkan semangat nasionalisme, cinta tanah air dan bangga akan budaya sendiri yang semuanya dapat kita kemas dalam karya seni yakni puisi dan cerpen. Selain berbagi hal positif kepada orang lain. Sebenarnya dengan menulis puisi atau cerpen atau menulis apa pun itu. kita sebenarnya telah menjadi manusia yang utuh. Sebab kita telah mampu mengaktualisasikan rasio kita menjadi suatu karya seni. Maka di sana kita akan menemukan kebahagiaan. Kata Aristoteles mengatakan bahwa suatu makhluk mendapat kesempurnaannya bukan karena potensi begitu saja, tetapi potensi yang sudah menjadi aktualisasinya. Sebab kita telah memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia. Hal inilah yang membedakan kita dengan makhluk hidup lainnya. Yakni mampu mengaktualisasikan rasio kita menjadi aktus atau ada. Kesempurnaan makhluk hidup adalah mengembangkan fisiknya, misalnya menjadi pohon yang dewasa sedangkan kesempurnaan manusia adalah aktualisasi dari kemungkinan tertinggi yang hanya terdapat pada manusia yakni rasio. Itulah sebabnya kebahagiaan manusia sama saja dengan menjalankan aktivitas yang spesifik baginya, yaitu pemikiran. Bagi manusia kebahagiaan adalah memandang kebenaran. Hanya pemikiran yang disertai keutamaan dapa membuat manusia menjadi bahagia. Menurut Aristoteles terdapat dua macam keutamaan yakni keutamaan intelektual dan keutamaan moral. Kalo menurut hemat saya keutamaan intelektual berarti bertalian dengan pengetahuan, rasio kita. Jadi ketika kita dapat membagikan pengetahuan yang benar yang kita miliki selain kita telah mencapai aktualisasi diri kita dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan kita dalam pembentukan karakter anak bangsa yang positif. Lebih-lebih dapat menjadi agen cinta kasih bagi sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun