Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penting Menemukan Rasa Dicintai untuk Memperoleh Kepenuhan Hidup Sebagai Seorang Frater

11 Desember 2021   11:05 Diperbarui: 11 Desember 2021   11:15 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bahasa Yunani cinta dibedakan menjadi tiga konsep yaitu eros, philia, dan agape. Eros merupakan cinta antara perempuan dan pria yang tidak direncanakan ataupun diinginkan, tertanam dalam diri manusia. konsep eros merujuk pada hubungan kasih dan Tuhan: yang melibatkan tubuh dan jiwa. Pandangan ini memutuskan kekeliruan pandangan umum yang mereduksi eros menjadi "seks semata". Sedangkan philia adalah cinta kepada sesama contoh yang paling konkrit adalah cinta antar persahabatan dan sesama[1]. Dan yang terakhir cinta agape adalah cinta yang rela berkorban atau cinta yang tidak bersyarat seperti cinta Tuhan pada manusia.

Menurut filosof Sophocles yang dikutip oleh Armada Riyanto dalam bukunya "menjadi mencintai" cinta itu bak seorang bos yang kemauannya tidak dapat ditunda dan kehadirannya memaksa. Hal ini memberikan gambaran tentang cinta yang amat dahsyat. Seolah manusia tidak dapat lari dari paksaan cinta karena kehadirannya yang mendesak dan memaksa.

Menurut Plato, cinta adalah penyatuan jiwa. Cinta adalah energi yang menyatukan. Ternyata orang yang jatuh cinta dalam bahasa Platonis memiliki keinginan yang terdalam. Ini adalah kesatuan jiwa di luar keindahan. Cinta adalah masalah jiwa. Karena sifatnya yang transenden, maka kesatuan yang diinginkan bukan terutama fisik, tetapi melampaui realitas fisik. Orang yang dicintai memberikan segalanya untuk menjadi orang yang lebih baik karena mereka fokus pada kebaikan. Plato menjelaskan bahwa apa yang baik, indah, benar, adil sebagai forma (ide) rujukan penjelasannya bukan pada unsur-unsur material dan fisik misalnya ukuran, warna, sketsa.

Cinta dibebaskan karena melampaui dirinya sendiri dan menjadi pribadi baru. Karena cinta manusia adalah terjemahan dari cinta itu sendiri dan bisa melakukan apa saja. Seseorang yang sedang jatuh cinta menjadi cukup berani untuk menyerah pada dirinya sendiri. Rasa sakit dan kematian menyatu dalam dirinya. Abaikan kehilangan bahkan hal yang paling berharga dalam hidup.. Sebab yang paling bernilai dalam hidupnya adalah cinta seseorang yang memberikan diri dalam pelayanan kepada orang lain, dia menerjemahkan pesona cintanya, menunjukkan kesaksian cinta. Cinta tidak mengucilkan siapa pun, apalagi menyudutkan orang lain, cinta memeluk semua, menyambut semua dan menghidupkan semua. Cinta merombak kematian menjadi kehidupan, menghalau kegagalan dan memenuhinya dengan surya terang.

Menurut seorang psikolog terkenal Abraham Maslow cinta adalah kebutuhan akan perasaan memiliki dengan menciptakan suatu hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang pada umumnya dan dalam hubungan itu memberi dan menerima cinta adalah sama-sama penting. Maslow percaya bahwa memuaskan kebutuhan akan cinta pada saat ini akan semakin sulit. Karena mobilitas hidup manusia yang selalu berpindah-pindah. Orang yang kesepian dan terisolasi sering mengalami perasaan tidak dicintai karena gagal dalam mencapai perasaan cinta dan memiliki.

Menurut Maslow kebutuhan akan cinta sangat penting agar seseorang dapat maju pada pemenuhan aktualisasi diri. Jika seorang belum merasakan kepuasan akan cinta dan dicintai maka dalam hidupnya ia akan berusaha dengan pelbagai cara untuk memenuhinya, contohnya ketika seorang merasakan kehausan(kebutuhan fisiologis) maka ia tidak akan memperhatikan kebutuhan yang lain seperti cinta, rasa aman dan penghargaan, harga diri. Semua usahanya hanya akan memenuhi kebutuhan fisiologis. Jika sudah terpenuhi bari ia dapat melangkah ke tingkat yang lebih tinggi.

Contoh lain yang ditemukan oleh Abraham Maslow yaitu seperti orang-orang miskin dan pengemis yang ada di jalan dari kota-kota besar. Mereka selalu berjuang setiap hari untuk kelangsungan hidupnya yang sangat sulit dengan demikian tidak ada kesempatan untuk mengembangkan beberapa kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi darinya. Begitu pula dengan seorang frater yang belum memiliki perasaan dicintai atau mengalami kegagalan dicintai pada masa lalunya.  Maka tidak akan berkembang dalam hidup spiritualitasnya. Tanpa disadari usahanya hanya untuk menemukan perasaan dicintai. Dan ketika semuanya sudah terpenuhi baru lalu dapat berkembang pada kebutuhan lain yang lebih tinggi yaitu aktualisasi dirinya menjadi pribadi yang mistik sebagaimana yang didambakan olehnya berkat kehidupan spiritual yang dipupuk selama ini.

Sumber buku: Menjadi Mencintai oleh Prof Armada Ryanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun