Mohon tunggu...
Alfredo Rahajaan
Alfredo Rahajaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis tak membuatmu rugi, dan menulis pun tak membuatmu terbebani

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masalah Demokrasi yang Cacat

17 Mei 2024   00:23 Diperbarui: 17 Mei 2024   00:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak krisis moneter 1998, hingga reformasinya presiden Soeharto pada saat itu para senior 98 telah memasak habis-habisan untuk mendapatkan sajian demokrasi yang utuh dan kita nikmati hingga saat ini.

Namun lambat laun dan saking berjalannya waktu? Poros negeri ini telah tergerogoti oleh para oligarki yang terus memploroti para kaum proletar. Pada abad 21 ini  kaum milenial dan gen Z, kurang menyadari hal tersebut.

Hanya satu pertanyaan kita tentang ini, apa penyebabnya kebosanan milenial dan gen Z pada politik?

Coba kita kupas kulit demi kulit pada hal tersebut. 

Yang jadi vokal point adalah sifat egoisme pada tiap diri personality. Yang selalu merujuk ke pemikiran bahwa politik itu tak penting, yang penting sandang, pangan, dan papan terpenuhi di kehidupan sehari-hari. 

Paradigma ini selalu bermunculan pada kaum pemuda pada saat ini, yang mereka tidak ketahui adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan diri mereka adalah sesuatu yang berbau politik, entah dari segi dan sisi apapun itu pasti ada keterkaitannya.

Sebab itulah kita harus sadar serta coba pulihkan kembali pemikiran-pemikiran kaum sosial pada zaman dahulu yang selalu punya jiwa tekun dan ngotot akan perubahan. 

Kita di perhadapkan dengan krisis pemikiran kaum muda, hingga kita tetap terhenti pada titik yang sama. 

Tan Malaka pernah berkata;

"Idealisme menjadi kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh seorang pemuda".

Kata tersebut dikatakan beliau karena pemuda ibarat bayi yang keluar dari rahim ibu, yang masih merah dan polos. Kata itu pula sebenarnya menjadi satu titik hutang yang sentral pada kaum muda saat ini, namun kita selalu berdialektika hanya di tempat dan tak mengembangkan paradigma itu secara beruntun dan sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun