Mohon tunggu...
Alfredo Rahajaan
Alfredo Rahajaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis tak membuatmu rugi, dan menulis pun tak membuatmu terbebani

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama Sebagai Peralatan Politik dan Adat Sebagai Pelerainya

5 Mei 2024   20:42 Diperbarui: 5 Mei 2024   21:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di akhir-akhir peristiwa ini tak sedikit orang yang menggunakan agama sebagai kendaraan para politikus, yang dimana seharusnya hal itu tak harus di gunakan pada sisi-sisi tertentu. Banyak kausalitas yang menyebabkan antara si golongan (A) dan golongan (B) saling menodongkan bahasa derogatif, mencaci maki, bahkan saling menjatuhkan martabat serta juga agama tertentu, demi mendapatkan kursi kekuasaan. 

Pada Tahun 1648 telah terjadi satu perjanjian namanya perjanjian westphalia yang di sepakati antara bangsa-bangsa besar yang berada di eropa dan negara di antaranya; Prancis, Belanda, Spanyol, Inggris, Swedia dan bangsa sekutu lainnya. Perjanjian itu mengakhiri perang tiga puluh tahun, dan juga delapan puluh tahun. 

Apa penyebabnya sampai peperangan itu terjadi? 

Ternyata jika kita lihat hal yang lampau? Ada hal yang memang mendasari peperangan itu hingga terjadinya perdamaian itu, peperangan apa yang di maksudkan disini? 

Pastinya perebutan tahta, wilayah, serta juga agama.

Peristiwa itu pernah di lalui oleh bangsa-bangsa eropa dan itu menjadi satu doktrin trauma yang ada di kepala serta hati mereka untuk mengulangi peperangan itu kembali bukan? 

Di zaman yang modern ini, terkadang kita tak selalu berkaca dengan hal-hal yang lampau, hingga kita dan lainnya sebagai masyarakat awam kurang mengerti bagaimana bahayanya jika politik dan doktrin agama itu di gunakan dalam satu aspek untuk mengintervensi orang lain. Contohnya; para pemuka agama yang mendoktrin-doktrin orang agar calon yang mereka pilih bisa masuk di kursi kekuasaan dan mereka menunjangi semena-menanya, setelah itu rakyat di miskinkan dan para rakyat jelatah merajalela dimana-mana. 

Kisah bangsa eropa dalam masa kelam, pernah rakyat maluku alami hal tersebut dan menjadi satu pukulan yang mendalam di hati rakyat maluku. Kerusuhan tahun 1999 s/d 2000 peperangan terjadi antara umat Kristiani dan umat Muslim yang setelah di lewati dengan waktu yang cukup lama ternyata akar segala kerusuhan itu adalah doktrin agama yang di pakai para oknum-oknum politisi. 

Dan untungnya juga masyarakat maluku terikat erat dengan satu simbolis yang filosofis yaitu; Ale Rasa Beta Rasa. Artinya adalah jika saudara saya lapar? Maka saya juga harus merasa lapar pula, ataupun sebaliknya. Ini yang menjadi landasan di hati dan segala perbuatan semuanya perpatokan pada perkataan tersebut. 

Sebenarnya kita ingin bahwa politik tak boleh dicampur adukan dengan doktrin-doktrin yang berbau agama, apalagi tentang SARA? Itu menjadi hal yang memang harus di hindari oleh para tiap kaum dan kalangan. 

Harapan kedepannya kita adalah semoga siapapun di antara kita yang memang suatu saat diberikan kepercayaan oleh rakyat, maka jangan pernah sekalipun mencampur adukan dua hal tersebut. Biarlah agama itu menjadi sisi pribadinya orang serta jangan pernah membaurkan hal semacam itu dengan politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun