Persoalan cinta dan sengketa bisa kita uraikan secara rinci serta pasti. Namun ada pula beberapa pendapat yang saling bertabrakan antara masing-masing defenisi.
Dulu pada zaman purba, ada satu  bangsa namanya bangsa viking yang kita kenal gagah, berani, dan sangat kuat itu? Mereka rela berlatih sepanjang hari, bahkan berbulan-bulan untuk melatih ketangkasan fisik untuk berperang memperebutkan wilayah sekaligus untuk menunjukan siapa yang paling kuat di antara ras-ras pada saat itu, bahkan mereka menjatuhkan konstatinopel yang terkenal kerajaan muslim terbesar pada masa itu.
Kita coba lihat dari sisi yang lain, bahwa bangsa viking itu merebutnya atas dasar ingin menunjukan keberanian atau ingin menunjukan cinta pada anak, istri dan keturunannya?
Pertanyaan itu bisa kita ajukan sebagai dalil untuk berbantah-bantahan tetapi kita coba untuk mencari dan menafsirkan atas dasar apa mereka melakukan hal tersebut.
Satu kutipan yang menarik pernah di ucapkan Ibnu Arabi, bunyinya begini:
"Awal cinta adalah tragedi, media cinta adalah kematian. Cinta tak punya defenisi, meski ia menyingkapkan".
Ibnu Arabi menyatakan itu, karena ia tahu bahwa cinta adalah hal yang mencakup apapun. Cinta adalah pucuk dari segala defenisi, karena segala sebab yang terjadi di dunia ini awal mulanya karena Cinta.
Jadi mungkin sedikit pengetahuan untuk kita adalah setiap kejadian memiliki dan memilih rasa yang ada, di kuatkan dengan doktrin-doktrin dengan dalil-dalil atau apapun itu yang sejenisnya, namun harus kita ketahui bahwa puncak dari segala yang nyata dan ada adalah Cinta itu sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H