Saat itu Indonesia yang telah merdeka dari penjajahan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945 telah memiliki hak kemerdekaan atas bekas jajahan Belanda dari Sabang hingga Merauke, namun kemerdekaan tersebut secara keseluruhan belum dirasakan oleh masyarakat Indonesia khususnya yang ada di Papua Barat karena pada saat itu Belanda masih bertahan di Papua bagian barat dan mencoba mendirikan Negara Boneka Papua Barat, dengan benderanya Bintang Kejora.Â
Atas dasar itulah masyarakat Papua yang diwakili oleh J.A. Dimara, M. Indey, Albert Karubuy, Frits Kirihio, Silas Papare dan Efraim Somisu yang tergabung dalam delegasi Indonesia melaksanakan konfrensi di New York pada tanggal 15 Agustus 1962 dan diperoleh Perjanjian New York yang berisi penyerahan Papua bagian barat dari Belanda kembali ke Indonesia melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).
Tanggal 1 Mei 1963 Papua bagian barat kembali ke Indonesia dan kedudukan Papua bagian barat menjadi lebih pasti setelah diadakan Referendum Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969 yang secara langsung diawasi oleh PBB (United Nations) hingga rakyat Papua bagian barat memilih tetap dalam lingkungan Republik Indonesia.Â
Pada hari ini demo Komite Nasional Papua Barat(KNPB) yang terjadi di Papua tentang peringatan New York Agreement 1962 merupakan sebuah aksi penghianatan terhadap perjuangan orang Papua seperti J. A Dimara, Marthen Indey dan lainnya karena mereka menganggap bahwa New York Agreement adalah awal mula Indonesia menjajah Papua.Â
KNPB tidak pernah berfikir bahwasanya esensi dari perjuangan para tokoh pejuang Papua adalah untuk keselamatan seluruh masyarakat Papua hingga masa depan anak cucu orang Papua. (AK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H