ALFRED - Berawal dari kasus tertembaknya pendeta Yeremia Zenambani yang diduga ditembak oleh aparat keamanan, kelompok separatis politik Papua dan beberapa aktivis peduli HAM mendesak pemerintah agar segera melakukan penyelidikan dan investigasi secara cepat agar permasalahan tersebut segera selesai. Tidak tinggal diam, Pemerintah melalui Kemenkopolhukam dengan cepat membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dipimpin Benny Mamoto dkk.
Tak lama, Tim Gabungan Pencari Fakta bersama aparat keamanan mengawal tim berangkat ke Intan jaya untuk melakukan penyelidikan. Namun sayang, ditengah perjalanan tim mendapat serangan dari kelompok OPM yang mengakibatkan dosen Universitas Gadjah Mada yang merupakan anggota TGPF Intan Jaya Bambang Purwoko dan seorang personel TNI anggota Satgas Apter Hitadipa Sertu Faisal Akbar tertembak.
Dikutip dari Antara, Menkopolhukam menyebutkan bahwa penghadangan dan penembakan terhadap Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya pada Jumat (9/10) sudah direncanakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). "Jadi itu sudah diatur seperti itu, itu jelas KKB. TPNPB. Itu yang sudah mengklaim, dan itu yang akan kita buru. Itu tugas negara memburu yang begitu, karena itu kriminal," kata Mahfud saat jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.Â
Tak gentar dengan kejadian tersebut, Tim tetap melanjutkan tugasnya untuk menyelidiki kasus tersebut. Menurut Mahfud, pendekatan kultural yang diterapkan oleh tim tersebut berhasil membuat saksi-saksi kunci bersedia memberikan keterangan. "Di sini yang dimiliki oleh tim adalah data primer. Ada saksi-saksi kunci, kemudian keluarga korban," terang mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Keberadaan akademisi dari beberapa universitas di tanah air, lanjut Mahfud, dipastikan bakal menjadikan laporan dan rekomendasi TGPF sesuai dengan fakta di lapangan. "Ada orang-orang yang tidak bisa dibeli pikirannya (dalam TGPF)," tegas Mahfud. "Tidak bisa didikte. Kalau bilang ndak, ndak. Semua orang percaya (integritas mereka)," tambah pejabat yang pernah bertugas sebagai menteri pertahanan (menhan) itu.
Lebih dari itu, Mahfud menyatakan, pendeta-pendeta yang menjadi tokoh di Papua juga terlibat dalam TGPF. Menjadikan tim itu semakin kuat untuk bisa melihat persoalan Papua secara lebih komprehensif. "Sehingga tidak mungkin tim (TGPF) itu berbohong," tegasnya. Kepada masyarakat, dia meminta agar semua menunggu hasil laporan dari tim investigasi lapangan yang harus rampung Sabtu pekan ini.
Ketua Tim Investigasi Lapangan TGPF Peristiwa Kekerasan dan Penembakan Intan Jaya menyatakan bahwa, di antara 25 saksi yang sudah diwawancarai oleh timnya ada istri serta saudara dari Pendeta Yeremia Zanambani. Kemudian tenaga medis yang menangani korban-korban kekerasan dan penembakan di Intan Jaya. "Kemudian aparat setempat yang pada saat itu melakukan kegiatan di sekitar Hitadipa," imbuhnya.
Sebagai ketua tim yang bekerja di lapangan, Benny pun menjanjikan kepada masyarakat di Intan Jaya dirinya akan terus memantau progres penanganan kasus oleh Polri meski nantinya TGPF dibubarkan. "Tugasnya (ketua harian Kompolnas) adalah membantu presiden mengawasi kinerja kepolisian. Disitulah saya akan memantau terus proses penyidikan yang berjalan," beber dia. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H