Bersekutu dalam Doa, Pertobatan, dan Pengharapan: Sebuah Perjalanan Spiritual Menuju Kesejahteraan Bersama
Di tengah gemuruh kehidupan modern yang penuh dengan tuntutan dan distraksi, ada sebuah gerakan yang mengajak kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan kembali kepada esensi hidup yang sesungguhnya. Gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2025 mengajak kita untuk "Bersekutu dalam Doa, Pertobatan, dan Pengharapan," sebuah ajakan yang tidak hanya mengubah diri sendiri, tetapi juga membawa dampak positif bagi sesama dan lingkungan sekitar.
Bagaimana gerakan ini bisa menjadi penuntun kita menuju kehidupan yang lebih bermakna? Umat katolik di lingkungan-lingkungan telah melakukan berbagai pendalaman (ada yang sudah memasuki pertemuan kedua, ada yang baru sekali melakukan pertemuan). Dinamika pertemuan di setiap lingkungan berbeda meski materi pendalamannya sama.
Rabu, 12 Maret kemarin kami sudah melakukan pertemuan pertama untuk dua materi sekaligus. Yang menarik dalam pertemuan itu adalah tentang pertanyaan tentang doa yang bertele-tele dan doa yang konkret. Tentang itu sudah saya jawab dalam tulisan berjudul: https://www.kompasiana.com/alfredbenediktusjogoena3063/67d2ef6bc925c469183d9702/menyentuh-hati-dengan-doa-di-bulan-penuh-berkah).
Pada kesempatan ini, saya mencoba merangkum keseluruhan isi buku panduan menjadi sebuah bacaan yang (disusahakan) menarik dan aktual.
Masa Prapaskah: Saatnya untuk Berhenti dan Merenung
Masa Prapaskah sering dianggap sebagai waktu yang sakral, di mana umat beriman diajak untuk merenungkan hidup mereka, bertobat, dan mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Kristus. Namun, lebih dari sekadar ritual keagamaan, masa ini adalah kesempatan emas untuk melakukan introspeksi diri. Apa yang sudah kita lakukan selama ini? Apakah hidup kita sudah seimbang antara kepentingan pribadi dan kepedulian terhadap sesama?
Gerakan APP 2025 hadir sebagai penuntun dalam perjalanan spiritual ini. Dengan tema "Bersekutu dalam Doa, Pertobatan, dan Pengharapan," gerakan ini mengajak kita untuk tidak hanya fokus pada kesalehan pribadi, tetapi juga pada bagaimana kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Melalui doa, puasa, dan derma, kita diajak untuk merasakan kembali kehadiran Allah dalam hidup kita, sekaligus membangun hubungan yang lebih harmonis dengan sesama.
Doa: Jembatan Menuju Kedamaian Batin
Doa sering kali dianggap sebagai ritual yang kaku dan formal. Namun, sejatinya, doa adalah sarana untuk membangun hubungan yang intim dengan Allah. Dalam keheningan doa, kita diajak untuk mendengarkan suara-Nya, merasakan kasih-Nya, dan menyerahkan segala kegelisahan kita. Doa bukan sekadar permohonan, tetapi juga sebuah dialog yang mendalam dengan Sang Pencipta.
Dalam pertemuan kedua APP 2025, kita diajak untuk memasuki makna sejati dari doa. Doa yang tulus membawa kita pada sikap rendah hati dan terbuka akan rahmat Allah. Melalui doa, kita tidak hanya mencari kedamaian batin, tetapi juga kekuatan untuk mewujudkan kasih Allah dalam tindakan nyata. Doa menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan Allah, sekaligus menginspirasi kita untuk menjadi saluran berkat bagi sesama.
