Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[jelangsenja]: Pertarungan Wangi-wangian di Ibu Kota

3 Februari 2025   15:27 Diperbarui: 3 Februari 2025   15:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertarungan Wangi-wangian di Ibu Kota

Pagi yang cerah di Ibu Kota Ambanilanitra. Aroma MBG (Minyak Bulus Gaul) yang biasanya menyengat dan menjadi ciri khas para pejabat tinggi tiba-tiba mulai pudar. Aroma itu, yang biasanya bisa membuat orang menebak dari jarak 10 meter kalau ada pejabat lewat, kini tersapu oleh hembusan utang negara yang semakin besar. Ya, utang negara itu seperti angin kencang yang tak hanya menerbangkan uang rakyat, tapi juga menghilangkan wangi-wangi mahal para pejabat.

"Wah, aroma MBG-ku kok hilang ya?" gumpar seorang pejabat sambil mengendus-endus ketiaknya. "Ini pasti karena utang negara yang makin besar. Aroma kita kalah sama aroma krisis ekonomi!"

Sementara itu, di istana, Presiden Ambanilanitra sedang sibuk mengendus-endus laporan keuangan. "Hmm, ada yang tidak beres nih," ujarnya sambil mengerutkan kening. "Aroma MBG di sini kok hilang? Ternyata, ini karena proyek-proyek kementerian yang harus segera dieksekusi sebelum terendus KePiKan. Wah, ini bahaya!"

Presiden Ambanilanitra, Otnaibus pun segera memanggil para menterinya. "Kita harus memangkas anggaran dan menyelamatkan uang belanja negara!" serunya. "Kalau tidak, aroma MBG kita akan hilang selamanya, digantikan oleh aroma krisis yang menyengat!"

Para menteri pun panik. Mereka segera memangkas anggaran-anggaran yang tidak penting, seperti anggaran untuk membeli MBG baru. "Ini untuk kebaikan negara," kata seorang menteri sambil menitikkan air mata. "Tapi, bagaimana dengan aroma kita? Kita akan jadi biasa saja, tidak ada yang istimewa!"

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Di kesempatan lain, para pejabat yang gerah diminta naik angkutan umum untuk mengurangi kemacetan. "Naik angkutan umum? Itu kan untuk rakyat biasa!" protes seorang pejabat. "Kita ini pejabat, harusnya naik moge biar jadi pusat perhatian!"

Maka, para pejabat pun naik moge, melenggang di atas penderitaan rakyat yang membayar pajak. Mereka berpikir, dengan naik moge, mereka bisa tetap menjadi pusat perhatian, meski aroma MBG mereka sudah pudar. "Lihatlah kami, kami tetap bisa memesona meski tanpa MBG!" seru seorang pejabat sambil melambaikan tangan ke rakyat yang terjebak macet.

Namun, rakyat hanya bisa menggelengkan kepala. "Mereka pikir dengan naik moge, mereka bisa menyelamatkan diri dari aroma krisis?" tanya seorang warga sambil menutup hidungnya. "Tapi, yang jelas, aroma MBG mereka sudah hilang, digantikan oleh aroma utang negara yang menyengat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun