Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[humormaljum]: Trio Master: Dewan Serba Tahu, Pelindung Amnesia

30 Januari 2025   20:00 Diperbarui: 30 Januari 2025   19:19 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi penghilangan jejak kasus, olahan GemAIBot, dokpri)

Trio Master: Dewan Serba Tahu, Pelindung Amnesia, dan Mahkota Proyek

Di negeri sana, hukum ibarat nasi bungkus: masih panas saat dikeluarkan dari UUD, tapi isinya bisa diakali sesuai selera. Kalau rakyat protes, penguasa cuma nyengir: ‘Waduh, jangan marah-marah. Kan kita sama-sama makan dari piring yang sama… piring pajak." Sementara para pejabat tersipul malu, tapi hanya sejenak. Sebab, malu di sini sudah jadi komoditas langka: dijual di e-commerce bersama merchandise stiker “KAMI TIDAK TAKUT KPK (Tapi Toko Ini Tutup Saat Ada Razia)”.

Di negeri itu, tiga lembaga negara: Dewan  Serba Tahu (legislatif), Lembaga Pelindung Amnesia (eksekutif), dan Mahkota Keadilan Plus Proyek (yudikatif): rutin berkumpul di gedung "Sana Sini Merana" untuk bermain gaplek domino. Kartunya bukan angka, tapi pasal-pasal hukum yang dijahit dari benang kebohongan.

“Ini gue lempar Pasal 23 ayat (k)uuu… eh maksudnya ayat kancil,” celetuk Ketua Dewan Serba Tahu sambil menyembunyikan kartu “SK Pengalihan Anggaran Buat Liburan Ke Hawaii”. Wakil Lembaga Amnesia langsung nyeletuk, “Jangan asal lempar! Kalau gitu, gue keluarin Perppu No. 666: Pemusnahan Arsip Kasus di Malam Hari!”

Mahkota Proyek, yang matanya selalu berkaca-kaca setiap lihat kata “fee lawyer”, menginterupsi, “Sabar, gue ada vonis not abis-abis nih. Kalian offside semua! Semprit!” Dia meniup peluit plastik hadiah dari tender fiktif.

Tiba-tiba, seorang kurir masuk membawa amplop bertuliskan “Laporan BPK”. Ruangan hening. Ketua Dewan Serba Tahu tersedak kopi capucino numero uno, Lembaga Pelindung Amnesia pura-pura lupa lokasi toilet, sementara Mahkota Proyek berteriak, “Ini force majeure! Kita main kartu DOMINO: Demi Orang Maju, Investasi Naik, Ombak dibelokkan!”

Mereka lalu bersatu menghancurkan amplop itu dengan mesin shredder berbentuk dinosaurus: simbol hukum yang punah. Tapi, tanpa mereka duga, sang cleaning service, Mbah Kardi, yang selama ini disuruh “bersihkan sampah tanpa lihat isi”, ternyata menyimpan fotokopian dokumen itu di celana dalam kotak-kotaknya (coba dia pinjam celana dalam spongebob lebih seru).

“Lho, ini siapa yang nge-leak ke media?!” ribut mereka. Mbah Kardi cengar-cengir, “Lha, Bapak-bapak kan tiap hari ngomong ‘transparansi’. Saya transparansikan sekalian saja…”

Publik marah. Tapi Tri Tunggal Domino tak kehabisan akal. Mereka keluarkan jurus “Rekonsiliasi Nasional sambil Nonton Bareng Piala Dunia di Singapura”. Sayangnya, rakyat sudah muak. Keesokan hari, ketiganya “diamankan” di hotel prodeo; yang mereka sendiri pernah anggarkan renovasinya tapi dikorup.

Di penjara, mereka malah bahagia: “Akhirnya bisa main domino beneran!” Tapi ketika Mbah Kardi jadi sipir, dia menyita kartu mereka dan menggantinya dengan Uno. “Sekalian saja, biar hukumnya nggak hanya numpang lewat!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun