Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Bambu-Bambu dan Mimpi Jadi Tiang Tol

30 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 30 Januari 2025   08:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Bambu-Bambu dan Mimpi Jadi Tiang Tol

Di pantai seputaran Tangerang, hiduplah sekelompok bambu yang tinggal berdampingan dengan ombak ganas. Mereka adalah Bambu Acong, Bambu Jono, dan Bambu Surti. Setiap hari, mereka sibuk menghadapi abrasi, atau dalam bahasa mereka, "penjarahan duit rakyat oleh air laut".

Suatu pagi, saat matahari mulai menyengat, Bambu Acong berseru, "Teman-teman! Kita harus lebih kokoh! Lihat tiang-tiang tol Trans Sumatera itu, mereka begitu gagah! Bahkan Tembok Berlin yang dulunya legendaris karena kekuatannya menahan segala sesuatu... kecuali akhirnya jatuh juga sih."

Bambu Jono nyerocos, "Betul! Kalau kita bisa sekokoh mereka, mungkin kita bisa menangkis abrasi ini. Bayangkan, kalau kita kuat, air laut nggak bakal bawa kabur uang rakyat buat proyek-proyek aneh!"

Bambu Surti, yang paling bijak, hanya geleng-geleng kepala. "Aduh, kalian ini mikirnya macam-macam. Kokohnya tiang tol atau tembok itu kan karena ada semen dan besi. Kita? Cuma bambu biasa. Lagian, apa hubungannya abrasi sama duit rakyat?"

Namun, ide tersebut terlanjur menggila di benak mereka. Malam harinya, ketiganya mencoba membuat rencana besar: menjadi bambu super-kokoh.

"Kita butuh pelatihan fisik!" seru Bambu Acong semangat. Maka, mereka mulai push-up ala bambu (alias goyang kiri-kanan). Beberapa jam kemudian, Bambu Jono ambruk karena angin laut sedikit lebih kencang dari biasanya.

Sementara itu, Bambu Surti pasrah. "Ini sia-sia. Lebih baik kita fokus bertahan hidup daripada mimpi jadi tiang tol," katanya sambil minum embun.

Tiba-tiba, seekor burung camar hinggap di atas kepala Bambu Acong. "Hei, kenapa kalian repot-repot? Biarkan saja manusia mikirin abrasi dan duit mereka. Kalian cukup nikmati hidup sebagai bambu. Toh, meskipun kalian rapuh, kalian tetap berguna untuk bikin sate lilit Bali biar orang yang makan tempe kayak mangan sate, itu loh seperti lagunya Ndarboy: mangan tempe, koyo mangan sate.... Kan enak toh"

Mendengar itu, semua bambu langsung diam. Akhirnya, mereka sadar bahwa menjadi diri sendiri jauh lebih baik daripada memaksakan jadi sesuatu yang takdirnya tidak pernah akan ditulis demikian. Dan begitulah, mereka kembali tertawa riang, tanpa khawatir soal abrasi apalagi duit rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun