Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Banjir dan Longsor Mengancam: Waspada Sebelum Terlambat!

29 Januari 2025   20:30 Diperbarui: 29 Januari 2025   19:51 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi terkini di Bendungan Katulampa Bogor, sumber: detik)

Banjir dan Longsor Mengancam: Waspada Sebelum Terlambat!

Menjelang akhir Januari, curah hujan di sejumlah daerah semakin tinggi. Debit air meningkat drastis, sungai-sungai meluap, dan tanah yang jenuh air mulai kehilangan kestabilannya. Daerah pantura (Semarang-Subaya) bahkan rel kereta api sempat tergerus banjir dan jalan antara Gubug dan Purwodadi sempat tidak bisa dilewati kendaraan. Bencana banjir dan tanah longsor mengintai, mengancam rumah-rumah di bantaran sungai serta permukiman di lereng bukit. Apakah kita akan membiarkan diri menjadi korban atau segera bertindak untuk menyelamatkan nyawa dan harta benda?

Belajar dari Bencana Sebelumnya

Tragedi banjir dan longsor bukan hal baru. Kita telah menyaksikan bagaimana bencana ini merenggut nyawa, menghancurkan infrastruktur, serta memporak-porandakan perekonomian masyarakat. Misalnya, banjir besar yang melanda Jakarta atau longsor di Sumatera Barat yang menewaskan puluhan orang. Dari kejadian ini, kita seharusnya sudah belajar bahwa kesiapsiagaan adalah kunci utama untuk mengurangi risiko.

Pada awal tahun ini, banjir di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur kembali menelan korban jiwa serta menyebabkan ribuan warga harus mengungsi. Salah satu kasus paling tragis terjadi di Demak, di mana ratusan rumah terendam, sekolah-sekolah terpaksa diliburkan, dan akses jalan utama lumpuh. Masyarakat yang tidak memiliki kesiapan darurat terpaksa mengandalkan bantuan pemerintah yang datang dengan berbagai keterbatasan.

Sementara itu, bencana longsor yang terjadi di Bogor beberapa minggu lalu menjadi pengingat bahwa daerah perbukitan dengan curah hujan tinggi memiliki risiko besar. Puluhan rumah tertimbun tanah, dan pencarian korban berlangsung selama berhari-hari. Banyak warga mengaku tidak menyadari tanda-tanda awal longsor sebelum kejadian. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi tentang mitigasi bencana masih perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih siap menghadapi ancaman serupa di masa depan.

Apa yang Harus Dilakukan?

Meningkatkan kewaspadaan menjadi langkah utama dalam menghadapi ancaman banjir dan longsor. Memantau informasi cuaca melalui BMKG dan sumber terpercaya lainnya menjadi keharusan. Selain itu, mengenali tanda-tanda awal bencana seperti retakan di tanah, air sungai yang mulai keruh, serta hujan yang turun secara terus-menerus dapat membantu dalam mengambil keputusan lebih cepat.

Ketika situasi semakin buruk, langkah terbaik adalah segera mengungsi ke tempat yang lebih aman. Jangan menunggu hingga air mulai naik atau tanah mulai bergerak. Menyiapkan jalur evakuasi serta memastikan keluarga memahami rute menuju lokasi pengungsian akan sangat membantu dalam situasi darurat. Tak kalah penting, memiliki tas siaga bencana dengan isi makanan, air, obat-obatan, pakaian, senter, dan dokumen penting dapat menjadi penyelamat di saat kritis.

Kesadaran untuk selalu siap menghadapi bencana tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Gotong royong membersihkan saluran air, menanam pohon sebagai penahan tanah, serta memberikan edukasi kepada sesama merupakan langkah kecil yang dapat berdampak besar dalam mengurangi risiko. Sementara itu, pemerintah juga memiliki peran krusial dalam mitigasi bencana, mulai dari pembangunan infrastruktur drainase yang lebih baik, pengawasan perizinan pembangunan di daerah rawan, hingga respons tanggap darurat yang lebih cepat dan efisien.

Peran Masyarakat dan Pemerintah

Bencana bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga komunitas dan pemerintah. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam gotong royong membersihkan saluran air, menanam pohon untuk mencegah longsor, serta memberikan edukasi kepada sesama. Sementara itu, pemerintah harus lebih aktif dalam mitigasi bencana dengan membangun infrastruktur drainase yang lebih baik, memperketat pengawasan terhadap perizinan pembangunan di daerah rawan, serta mempercepat respons tanggap darurat.

Peran masyarakat dalam penanggulangan bencana juga dapat terlihat melalui pembentukan kelompok sukarela yang siap memberikan bantuan saat terjadi bencana. Misalnya, di banyak desa, masyarakat membentuk relawan bencana yang dilatih untuk memberikan pertolongan pertama, evakuasi, dan distribusi bantuan. Mereka berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memastikan bahwa bantuan dapat disalurkan dengan cepat dan efektif. Selain itu, masyarakat juga dapat mengadakan pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana, sehingga semua anggota komunitas memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi darurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun