Kopral Tituler dan Stafsus Jalanan
Di sebuah acara makan siang yang penuh formalitas, seorang anak kecil dengan polos mengeluh, "Ayamnya keras banget, Pak." Si anak tidak tahu bahwa keluhan kecilnya akan memicu drama besar. Kopral tituler yang hadir langsung bereaksi. Dengan wajah memerah, ia menepuk meja.
"Anak saya saja makan nasi kotak biasa dan tetap bersyukur!"Â serunya dengan suara lantang, membuat semua orang di ruangan terdiam. Ia menatap si anak seolah anak itu baru saja menghina simbol negara.
Para hadirin hanya bisa saling melirik, mencoba menahan tawa. Salah satu tamu berbisik, "Kalau ayam keras jadi isu besar, bagaimana nasib urusan negara?" Tapi, sang kopral tidak peduli. Baginya, makan nasi kotak dengan ayam keras adalah bagian dari pendidikan moral bangsa.
Sementara itu, di jalan protokol ibu kota, seorang stafsus lainnya sedang sibuk membuat sensasi. Ia baru saja membeli mobil mewah yang mengkilap seperti berlian di bawah sinar matahari. Di tengah kemacetan yang padat, ia sengaja membuka jendela, melambaikan tangan kepada pengendara lain, dan sesekali membunyikan klakson.
Ketika lampu merah menyala, bukannya berhenti dengan tenang, ia malah memanfaatkan momen itu untuk pidato spontan dari dalam mobilnya. Dengan penuh percaya diri, ia berkata, "Lihatlah, ini adalah representasi keberhasilan bangsa!"
Beberapa pengendara melongo, tak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Seorang pengemudi ojek online bahkan berseloroh, "Pak, lampu merah itu buat berhenti, bukan buat kampanye."Â Tapi stafsus itu tampak tak terganggu.
Drama di jalan berlanjut ketika ia mencoba memotong antrean kendaraan dengan alasan "urusan penting negara." Namun, polisi lalu lintas yang bertugas hanya melirik mobil mewahnya dan berkata santai, "Silakan antre, Pak. Negara juga harus tahu aturan."
Ketika sore menjelang, kedua insiden ini menjadi bahan pembicaraan hangat di media sosial. Meme-meme bermunculan, menggabungkan foto ayam keras dengan gambar mobil mewah stafsus. Ada yang menuliskan caption, "Dari ayam keras sampai ego keras: inilah wajah kebanggaan bangsa."
Begitulah, Kopral Tituler dan stafsus jalanan tak hanya menciptakan kontroversi, tapi juga hiburan tak terduga bagi rakyat. Satu hal yang pasti, drama mereka menunjukkan bahwa keanehan sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari panggung kehidupan para pejabat.