Mengelola Hati untuk Melayani: Pelayanan Rohani di SMK Kesehatan Binatama Sleman
Isra Miraj merupakan peristiwa yang sarat makna bagi umat Islam, melambangkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang membawa pesan penting tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Bagi siswa lintas iman, momen ini menjadi peluang refleksi tentang spiritualitas dan komitmen dalam melayani sesama dengan sepenuh hati. Di SMK Kesehatan Binatama Sleman, makna ini diwujudkan dalam bentuk pelayanan rohani yang adil bagi seluruh siswa, tanpa memandang latar belakang agama mereka.
Mewujudkan Pelayanan Rohani yang Inklusif
SMK Kesehatan Binatama Sleman memahami pentingnya keseimbangan antara pendidikan akademik dan pengembangan spiritual. Dalam rangka Isra Miraj, sekolah mengundang ustaz untuk siswa Muslim, penyuluh Katolik untuk siswa Katolik, dan penyuluh Protestan untuk siswa Protestan. Kebijakan ini mencerminkan kesadaran sekolah bahwa kebutuhan spiritual setiap siswa harus dihormati dan difasilitasi secara setara.
"Kami ingin memastikan bahwa setiap siswa merasa diterima dan dihargai," ujar Pak Gho, wakasek bidang kesiswaan. "Ini bukan sekadar toleransi, tetapi bentuk nyata dari perhatian kami terhadap perkembangan spiritual siswa sebagai calon perawat dan farmasis." Lanjutnya dengan antusias kemarin saat ngobrol tentang acara hari ini. Kebetulan saya hari Kamis mengajar di sekolah lain, tetapi hari ini karena siswa masih mengikuti Study tour, maka saya sempatkan diri ikut di SMK Kesehatan Binatama.
Penyuluhan Rohani untuk Siswa Katolik: Belajar dari Tuhan Yesus
Dalam sesi penyuluhan bagi siswa Katolik (di ruang perpustakaan sekolah), Ibu Christina Nina, SS., penyuluh agama Katolik dari Kemenag Kabupaten Sleman, menekankan pentingnya simpati dan empati dalam profesi keperawatan dan kefarmasian.
"Sebagai seorang perawat atau farmasis, sapaan yang tulus dan racikan obat yang dibuat dengan hati ikhlas memiliki kekuatan besar untuk membantu pasien pulih lebih cepat," jelas Ibu Nina. Dengan merujuk pada Tuhan Yesus yang selalu tergerak oleh belas kasihan, ia mengajak siswa untuk melihat pelayanan mereka sebagai doa dalam aksi.
Para siswa diajak untuk merenungkan pelayanan Tuhan Yesus yang tidak pernah memandang status sosial, melainkan selalu didasari cinta dan kerendahan hati. "Ketika kalian melayani pasien dengan hati yang tulus, kalian sebenarnya sedang membawa kasih Tuhan kepada mereka. Bukankah apa yang kamu lakukan dengan ketulusan akan dirasakan oleh mereka yang kamu layani?” Tanya Ibu Nina retoris.
Selain itu, Ibu Nina juga menekankan pentingnya rasa bangga kepada keluarga, orang tua, dan para guru yang telah membimbing mereka hingga saat ini. "Banggalah kepada keluarga yang selalu mendoakan kalian, kepada orang tua yang selalu mendukung kalian, dan kepada para guru yang tak kenal lelah mendidik kalian," pesan Ibu Nina. Ia juga mengajak para siswa untuk bangga menjadi orang Katolik yang hidup harmonis di tengah teman-teman yang berbeda agama. "Rasa bangga ini akan menjadi dasar kuat bagi kalian untuk melayani dengan hati," katanya.