Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[seri humor 2]: Antara Patwal dan Ayam Keras: Memoar yang Belum Selesai

22 Januari 2025   17:38 Diperbarui: 22 Januari 2025   17:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Antara Patwal dan Ayam Keras: Memoar yang Belum Selesai

Di tengah kemacetan yang menggila, sebuah iring-iringan kendaraan dengan sirine memekakkan telinga melaju melawan arus. Orang-orang di jalan hanya bisa mengelus dada sambil menggerutu. Rupanya, itu adalah mobil patwal milik seorang stafsus menteri yang sedang terburu-buru. Ketika video insiden itu viral dan publik ramai-ramai marah di media sosial, si stafsus dengan tenang memberikan pernyataan, "Saya tidak di mobil itu."

Pernyataan ini, bukannya meredam amarah, justru memancing lebih banyak tawa sinis. "Lalu siapa yang di mobil itu, hantu?" cuit seorang netizen. Namun, stafsus itu tetap kukuh. Ia bahkan menambahkan, "Mungkin itu mobil yang mirip saja." Publik semakin kebingungan. Beberapa orang mulai bercanda, menyebut kendaraan patwal itu sebagai "mobil ajaib yang bisa melaju tanpa pengemudi."

Sementara itu, di sudut lain gedung kementerian, drama tak kalah absurd sedang berlangsung. Sang menteri dengan penuh semangat meluncurkan program bagi-bagi ayam gratis. Dalam pidato peluncurannya, ia berkata dengan nada penuh kebanggaan, "Ayam ini bukan sekadar makanan, tapi juga pendidikan gizi untuk masyarakat."

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Namun, masalah muncul saat ayam-ayam itu sampai di tangan warga. Alih-alih lunak dan lezat, ayam-ayam tersebut keras seperti batu. Beberapa warga bahkan bercanda bahwa ayam itu lebih cocok dijadikan bahan bangunan daripada lauk makan.

Saat dimintai klarifikasi, sang stafsus bidang hankam memberikan penjelasan yang sulit dicerna, bahkan lebih sulit daripada ayamnya. "Ayam keras itu simbol perjuangan. Mengunyahnya adalah metafora untuk kerja keras dalam hidup," katanya dengan wajah serius.

Tapi rakyat tidak terlalu peduli dengan filosofi itu. Mereka sibuk berjuang sendiri, mencoba mengunyah ayam yang keras sambil menelan ironi. Salah seorang warga bahkan berseloroh, "Kalau begini caranya, kita memang diajarkan hidup keras, bukan pendidikan gizi."

Dalam waktu singkat, ayam keras dan patwal ajaib menjadi topik hangat. Meme-meme mulai bermunculan, menampilkan gambar ayam yang dipadukan dengan kendaraan patwal, seolah-olah keduanya memiliki misi yang sama: membingungkan rakyat.

Begitulah memoar ini berjalan, penuh dengan absurditas. Di balik semua drama ini, rakyat hanya bisa menghela napas panjang, berharap pada babak berikutnya akan ada sesuatu yang lebih empuk: baik itu ayam maupun kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun