Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memutus Mata Rantai Kemalasan: Belajar dari Jalan Penyelamat di Tengah Kebakaran Hutan

18 Januari 2025   13:14 Diperbarui: 18 Januari 2025   13:14 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memutus Mata Rantai Kemalasan: Belajar dari Jalan Penyelamat di Tengah Kebakaran Hutan

(Berdasarkan laporan dari Detik News: https://news.detik.com/foto-news/d-7736534/kala-jalan-jadi-pemisah-kebakaran-hutan-di-los-angeles/3)

Kebakaran hutan di Los Angeles (dan berbagai badai lainnya yang terjadi di Amerika Serikat) sering kali menjadi ancaman besar, dengan api yang melahap pohon-pohon, merusak habitat, dan membahayakan kehidupan manusia. Namun, di balik kehancuran tersebut, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Salah satu solusi mitigasi yang efektif adalah keberadaan jalan yang membelah hutan. Jalan tersebut tidak hanya menjadi penghalang alami penyebaran api, tetapi juga memberi akses bagi para pemadam kebakaran untuk segera bertindak.

Dalam kehidupan kita, jalan ini dapat dimetaforakan sebagai upaya untuk memutus mata rantai kemalasan. Pentingnya metafora ini terletak pada kemampuannya untuk menggambarkan solusi konkret dalam menghadapi masalah internal yang kompleks. Menurut Lakoff dan Johnson dalam "Metaphors We Live By" (1980), metafora adalah alat kognitif yang kuat untuk memahami pengalaman abstrak melalui konsep yang lebih familiar.

Dalam konteks pengembangan diri, penggunaan metafora dapat membantu individu memvisualisasikan solusi dan mengembangkan strategi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Seperti jalan yang membelah hutan, kita membutuhkan "jalur" yang membantu kita mengatasi dan menghalangi penyebaran kebiasaan buruk.

 

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Kemalasan: Api yang Membakar Potensi

Kemalasan sering kali diibaratkan sebagai api kecil yang, jika dibiarkan, akan tumbuh menjadi kobaran yang sulit dikendalikan. Ia memakan waktu, kesempatan, dan potensi, membuat kita terperangkap dalam siklus kebiasaan buruk. Sebagaimana api membutuhkan oksigen untuk terus berkobar, kemalasan bertahan melalui alasan, penundaan, dan ketidakdisiplinan.

Seperti hutan yang terbakar, hidup kita pun bisa menjadi "hangus" oleh hilangnya produktivitas dan pencapaian. Jika tidak segera dihentikan, kemalasan dapat menyebar ke berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, hubungan, dan kesehatan mental.

Belajar dari Jalan Penyelamat

Jalan yang membelah hutan di Los Angeles berfungsi sebagai pembatas dan jalur akses. Ini mengajarkan kita dua hal penting dalam memutus siklus kemalasan. Pertama, Menciptakan Pembatas. Dalam hidup, kita perlu membangun "jalan" atau pembatas yang memisahkan kita dari kebiasaan buruk. Pembatas ini bisa berupa rutinitas harian, target yang jelas, atau aturan yang kita buat sendiri. Contohnya adalah menetapkan waktu khusus untuk bekerja, berolahraga, atau belajar, tanpa gangguan dari hal-hal yang tidak produktif.

Sebuah pengalaman pribadi tentang menulis. Saya selalu berusaha dalam sehari menulis sesuatu. Minimal sebuah catatan ide tentang apa yang harus saya tuliskan. Jika di waktu pagi atau siang hari tidak sempat, saya MEMAKSA DIRI agar malam hari saya HARUS menulis sejauh mata masih bisa diajak kompromi. Jika belum selesai, akan saya lanjutkan saat subuh kapanpun saya terbangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun